“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.” (Surat Maryam ayat 56-57).
by Rachmat Abd. Faqih/bongkah.id
MELIHAT kebiasaan tamunya yang selama empat hari, tidak pernah makan. Nabi Idris menyadari jika tamunya, bukanlah manusia biasa. Karena itu, beliau pun bertanya, “Sebenarnya siapakah tuan ini?”
Mendengar pertanyaan itu, Malaikat Izrail menjabat, “Saya adalah Malaikat Maut??”
Jawaban tidak terduga itu, membuat Nabi Idris terkejut. Beliau pun berkata, “Jadi engkau yang mencabut nyawa??”
“Ya,” jawab Izrail.
“Engkau selalu berada di sisiku sejak empat hari lalu, apakah engkau juga akan mencabut nyawa seseorang?” tanya Nabi Idris.
“Ya, bahkan banyak sekali aku mencabut nyawa!”
“Bagaimana engkau melakukannya??” tanya Nabi Idris kembali.
Izrail berkata, “Ruh-ruh semua mahluk itu ada di depanku, sebagaimana sebuah hidangan makanan. Mudah sekali aku meraih dan mengambilnya buat yang telah tiba waktunya, seperti halnya engkau mengambil makanan di depanmu!!”
Nabi Idris manggut-manggut tanda mengerti, meski beliau tidak melihat langsung bagaimana Malaikat Maut mencabut nyawa seseorang, pada saat yang sama sedang berjalan bersama dirinya selama empat hari terakhir.
Beliau berkata lagi, “Apakah maksud kedatangamu kepadaku, sekedar berkunjung atau untuk mencabut nyawaku??”
Izrail berkata, “Aku datang sekedar berziarah kepadamu dengan seizin Alloh SWT!!”
Sejenak Nabi Idris terdiam seperti memikirkan sesuatu, kemudian berkata, “Wahai Malaikat Maut, kebetulan sekali. Sesungguhnya aku mempunyai hajat (keperluan) kepadamu!!”
“Apa hajatmu kepadaku??”
“Hajatku kepadamu, hendaklah engkau mencabut nyawaku, dan aku memohon kepada Alloh agar dihidupkan lagi, sehingga aku makin giat beribadah setelah merasakan sakitnya sakaratul maut!!”
Izrail berkata, “Aku tidak bisa mencabut nyawa seseorang kecuali atas seizin Alloh. Yakni yang telah sampai pada saat ajalnya. Sedangkan saat ini belum tiba saat ajalmu!!”
Tetapi sesaat kemudian turun perintah Alloh kepada Izrail. Untuk mencabut nyawa Nabi Idris. Setelah mendapatkan perintah, Izrail memberitahukan perintah Alloh itu kepada Nabi Idris, yang dengan senang hati menerimanya. Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris. Beliau pun meninggal dunia.
Tidak demikian bagi Izrail. Malaikat maut itu menangis tersedu-sedu. Dia merasa telah kehilangan sahabatnya, yang selalu bersama dalam empat hari sebelumnya. Ia terus menangis. Merendahkan diri kepada Alloh, sambil meminta agar Alloh menghidupkan kembali Nabi Idris.
Setelah beberapa waktu lamanya Izrail dirundung kesedihan, Alloh menghidupkan kembali Nabi Idris. Tentu saja Izrail sangat gembira, dan berkata, “Bagaimana engkau merasakan sakitnya kematian??”
Nabi Idris menjawab, ”Sesungguhnya sakitnya hewan yang dikuliti dalam keadaan hidup itu tidak seberapa, dibanding sakitnya kematian yang seribu kali lebih sakit daripada itu!!”
Izrail berkata lagi, “Sesungguhnya aku bersikap sangat lembut dan sangat hati-hati ketika mencabut nyawamu, yang belum pernah aku lakukan sebelumnya kepada siapapun!!”
Nabi Idris berkata lagi, “Aku masih mempunyai hajat kepadamu, sesungguhnya aku ingin melihat neraka jahanam. Sehingga dapat membuatku makin giat beribadah kepada Alloh setelah melihat siksaan, rantai, belenggu dan berbagai macam azab yang ada di neraka!!”
“Tapi bagaimana caranya aku bisa membawamu ke neraka jahanam tanpa seizin Alloh!!” tambah Izrail.
Tetapi sesaat kemudian Alloh berfirman kepada Izrail, untuk memenuhi permintaan Nabi Idris. Izrail pun membawa Nabi Idris mengunjungi neraka jahanam. Memperlihatkan berbagai macam siksaan, yang disiapkan bagi orang-orang yang mendurhakai Alloh. Misalnya rantai dan belenggu api, ular, kalajengking, aspal, air yang mendidih, zaqqum dan berbagai macam siksaan lainnya. Semua itu membuat Nabi Idris menggigil penuh ketakutan, setelah itu ia membawa beliau kembali ke dunia.
Kemudian Nabi Idris berkata lagi, “Wahai Malaikat Maut, aku masih mempunyai hajat lainnya kepadamu. Bawalah aku ke surga. Jika aku telah melihat dan merasakan kenikmatan surga, aku akan lebih bersemangat dalam beribadah dan melaksanakan ketaatan kepada Alloh!!”
Lagi-lagi Izrail berkata, “Tapi bagaimana mungkin aku membawamu ke surga tanpa seizin Alloh!!”
Dan seperti sebelumnya, Alloh menurunkan perintah-Nya agar membawa Nabi Idris ke surga seperti permintaannya. Segera saja Izrail membawa beliau. Dan berhenti di pintu surga, yang telah terlihat berbagai kenikmatan di dalamnya, tetapi tidak mengantar nabi Idris masuk ke dalamnya.
Karena itu, Nabi Idris berkata, “Wahai saudaraku, aku telah merasakan sakitnya kematian, merasakan dahsyatnya siksa neraka dan keterkejutan melihatnya. Apakah engkau berkenan meminta kepada Alloh agar mengizinkan aku memasuki surga, sekedar minum seteguk airnya. Untuk menghilangkan bekas-bekas sakitnya kematian dan dahsyatnya siksaan neraka!!”
Izrail memanjatkan doa kepada Alloh sesuai permintaan beliau, dan Alloh mengabulkan. Mengizinkan Nabi Idris memasuki surga dan hanya minum seteguk air sesuai janjinya. Tetapi sebelum keluar lagi, Nabi Idris meninggalkan terompahnya di bawah pohon surga. Setelah berada di pintu surga lagi bersama Izrail, Nabi Idris berkata, “Wahai Malaikat Maut, terompahku tertinggal di surga, aku akan mengambilnya!!”
Nabi Idris segera masuk ke surga, tetapi beberapa waktu lamanya Izrail menunggu. Nabi Idris tidak keluar juga, maka Israil berteriak lantang. Meminta Nabi idris untuk segeralah keluar!!”
Nabi Idris menyahut dari dalam surga, “Wahai Malaikat Maut, aku telah mendengar firman Alloh, bahwa tidak seorang manusia-pun kecuali akan merasakan sakitnya kematian, kemudian akan mendatangi neraka dan merasakan (walau hanya sedikit pengaruhnya) beratnya siksaan di dalamnya.
Jika beruntung, dia akan mendatangi surga dan merasakan kenikmatan di dalamnya, dan tidak pernah dikeluarkan lagi. Sesungguhnya aku telah merasakan seperti itu, dan kini telah masuk ke surga, maka aku tidak akan keluar lagi!!”
Mendengar hujjah (argumentasi) itu Malaikat Izrail jadi ketakutan. Bagaimanapun semua itu terjadi berawal dari ‘keinginannya’ untuk bersahabat dengan Nabi Idris. Ia takut Alloh akan murka kepada dirinya karena sikap Nabi Idris yang tidak mau keluar dari surga, kembali ke dunia seperti semula. Tetapi kemudian Alloh berfirman kepadanya, “Wahai Izrail, biarkanlah dia di sana, sesungguhnya telah menjadi ketetapan-Ku sejak zaman azali bahwa ia termasuk ahlul jannah!!” (EnD)