PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan kembali mengubah sebuah museum menjadi masjid. Perintah untuk mengubah status Museum Kariye yang bekas Gereja Ortodoks The Chora Churc menjadi Masjid Kariye itu dikeluarkan hari ini, Jumat (21/8/2020).

bongkah.id – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali mengubah museum menjadi sebuah masjid. Perintah untuk mengubah status Museum Kariye yang bekas Gereja Ortodoks The Chora Churc menjadi Masjid Kariye itu dikeluarkan hari ini, Jumat (21/8/2020). Rencana perubahan status ini dikeluarkan hanya sebulan, setelah Museum Hagia Sophia difungsikan kembali menjadi masjid.

Sejarah bangunan berusia 1.000 tahun itu sangat mirip dengan Hagia Sophia. Sebelumnya Museum Kariye merupakan Gereja Holy Saviour in Chora. Peninggalan masa keemasan Bizantium di abad pertengahan. Bangunan dihiasi dengan lukisan dinding “Penghakiman Terakhir” abad ke-14.

ads

Pada awalnya, Chora dibangun di luar tembok Kota Konstantinopel dan tetap menggunakan nama yang sama, setelah tembok diperluas oleh Theodosius II pada 413–414. Nama ini berasal dari kata Yunani, Hora, yang berarti ‘negara’ atau ‘tanah’. Mengacu pada lokasi berdirinya serta mengusung makna simbolik, karena mosaik gereja menggambarkan Yesus Kristus sebagai tanah kehidupan.

Pada 1511 atau setelah penaklukan Istanbul oleh kekhalifahan Turki Utsmani, saat itu dipimpin oleh Atik Ali Pasha, Gereja Chora diubah menjadi masjid. Ali Pasha kemudian menambahkan mihrab di bagian dalam bangunan yang menghadap kiblat. Mengubah menara lonceng menjadi tempat menyuarakan azan. Penamaan Chora pun diubah menjadi Masjid Kariye. Selain itu, dilakukan penutupan semua prasasti, simbol Kristen, lukisan dinding, dan mosaik dengan lapisan tipis cat dan kapur. Ini karena adanya larangan gambar ikonik dalam Islam.

MOSAIK Yesus Kristus yang menghiasi dinding dan atap bangunan, menjadi sebuah kekayaan sejarah yang menjadi sasaran kamera para turis.

Setelah Perang Dunia II, Masjid Kariye diubah menjadi Museum Kariye. Kebijakan Presiden Mustapha Kemal Attaturk itu untuk menghilangkan jejak kekhalifahan Utsmani di Turki, sehingga terciptanya Republik Turki Sekuler berlangsung mulus.

Pada 1948, Thomas Whittemore dan Paul A Underwood dari Byzantine Institute of America dan Dumbarton Oaks Center for Byzantine Studies, mensponsori program restorasi untuk membersihkan, memulihkan, dan melestarikan lukisan dinding di Chora yang telah diplester dan dilabur berulang kali. Semua gambaran yang merepresentasikan gereja era Bizantium dihidupkan kembali. Pekerjaan itu berlangsung selama 12 tahun pada 1950-an. Pada 1958, Chora dibuka untuk umum sebagai Museum Kariye Muzesi.

Pada Novemer 2019, pengadilan administratif Turki menyetujui konversi Museum Kariye menjadi masjid. Lalu pada Jumat (21/8/2020), Presiden Erdogan mempertegas dengan memerintahkan perubahan museum tersebut menjadi masjid.

Berdasarkan pemantauan AFP di lokasi, Museum Kariye masih dibuka untuk umum pasca Erdogan mengeluarkan perintah. Ini berbeda dengan Hagia Sophia di mana saat itu bangunan langsung ditutup untuk umum karena dilakukan penyesuaian bagian dalam untuk tempat salat. Hagia Sophia untuk pertama kali menggelar Salat Jumat berjamaah bulan lalu. (ima)

1

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini