by Rachmat Abd. Faqih/bongkah.id
DALAM kitab Al Mu’jam Al Kabir, disebutkan sebuah hadits tentang Nabi Khidhir alaihis salam yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Baqiyyah bin Walid (perawi yang jujur dan tsiqah. Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Muslim dan empat imam hadits lainnya). Yang mendapatkan cerita dari Imam Muhammad bin Ziyad Al Alhani (perawi yang tsiqah).
Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan empat imam hadits lainnya, bersumber dari Imam Abu Umamah Al Bahili; Nabi Muhammad bersabda: “Berkenankah kalian kuberitahu tentang Khidhir?”
Para Sahabat menjawab, “Tentu berkenan, Ya Rasulallah”.
Nabi Muhammad bercerita, “Suatu ketika Nabi Khidhir ‘alaihis salam berjalan di pasar Bani Israil. Kemudian bertemu dengan seorang budak mukatab. Melihat penampilannya yang saleh, walau tidak mengenalnya sebagai Nabi Khidhir, budak itu berkata, “Bersedekahlah padaku, semoga Allah memberkahi engkau!!”
Budak mukatab atau budak kitabah, adalah seorang budak yang mendapat janji tuannya untuk dimerdekakan, jika mampu membayar harganya walau dengan mengangsur. Ia juga tidak dibebani pekerjaan tuannya. Ia bebas berusaha untuk memperoleh uang penebusan dirinya.
Tanpa memperkenalkan diri atau membuka identitas dirinya, Nabi Khidhir berkata, “Aku mengimani apa yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi. Namun aku tidak memiliki sesuatu apapun yang bisa kuberikan kepadamu!!”
Sang budak kembali berkata, “Aku meminta kepadamu bi-wajhillah. Bersedekalah kepadaku, karena aku melihat wajahmu sebagai orang yang saleh. Karena itu, aku mengharap berkah darimu!!”
Mendengar kalimat sang budak yang sangat menyayat itu, Nabi Khidhir kembali menjawab, “Aku beriman kepada Allah. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kuberikan kepadamu. Kecuali jika engkau ingin menjual diriku sebagai budak!!”
Jawab Nabi Khidhir itu membuat sang budak terpana. Ia melihat lelaki tua di depannya itu. Ia tidak percaya. Dirinya sendiri sebagai budak, bagaimana mungkin bisa menjual orang merdeka sebagai budak? Kemudian ia berkata, “Apakah hal itu boleh dilakukan??”
Nabi Khidhir menjawab, “Engkau telah meminta kepadaku atas nama Alloh Yang Maha Agung. Karena itu, aku tidak bisa mengecewakan engkau demi Wajah Tuhanku Yang Maha Mengetahui atas semua perbuatanku. Juallah aku, dan pergunakanlah hasilnya untuk memenuhi kebutuhanmu!!”
Mendengar penuturan Nabi Khidhir tersebut, sang budak sangat gembira. Ia segera membawa beliau ke tempat penjualan budak. Tidak memakan waktu lama, Nabi Khidhir terjual. Dibeli seorang saudagar kaya seharga empatratus dirham. Uang hasil penjualan itu cukup untuk membayar pembebasan diri sang budak.
Tinggallah kini Nabi Khidhir bersama saudagar kaya yang membelinya. Namun, selama beberapa hari lamanya, tuannya itu tidak mempekerjakan Nabi Khidhir. Tidak tega ‘membebani’ Nabi Khidhir dengan pekerjaan. Sebab fisik Nabi Khidhir yang terlihat cukup sepuh. Fisik yang mencerminkan lemahnya tenaga untuk bekerja.
Sikap menghormati seorang sepuh itu, membuat Nabi Khidhir merasa tidak enak. Pasalnya saudagar kaya itu membeli dirinya sangat mahal. Dia membeli budak untuk mendapatkan manfaat. Namun, tuannya itu tidak memperoleh manfaat apa-apa dari Nabi Khidhir. Suatu ketika tuannya itu akan pergi untuk suatu keperluan dagang. Karena itu, Nabi Khidhir berkata, “Wahai tuanku dari budak yang tua ini, Anda telah membeli diriku sebagai budak, maka perintahkanlah pada diriku untuk mengerjakan sesuatu. Agar aku tidak malu pada Alloh Yang Maha Melihat isi dunia ini!!”
Dengan tersenyum, saudagar kaya itu berkata pada Nabi Khidhir, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu. Engkau tampak telah sangat tua, tentunya tenagamu sangat lemah. Terlalu dzolim aku ini jika memerintahmu untuk bekerja!!”
Mendengar kalimat tuannya yang sangat santun itu, Nabi Khidhir berkata, “Tidak ada sesuatu yang memberatkan diriku tuanku. Aku siap untuk melaksanakan perintahmu, meski pekerjaan itu mustahil dilakukan oleh seorang tua seperti diriku ini!!”
“Baiklah kalau engkau memaksa aku,“ kata saudagar kaya itu dengan kalimat bernada ragu. “Pindahkanlah batu-batu di halaman belakang itu ke halaman belakang!!” tambahnya.
Di halaman depan rumah saudagar kaya itu memang banyak batu-batu cukup besar berserakan. Membutuhkan beberapa hari untuk dipindahkan ke belakang rumahnya. Jika dipindahkan dalam satu hari, membutuhkan setidaknya enam orang muda yang cukup kuat dan kekar.
Belum setengah hari, saudagar kaya itu telah kembali ke rumah. Dia melihat semua batu-batu besar yang berserakan di halaman depan, sudah berpindah ke halaman belakang. Melihat pemandangan yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang yang sudah sepuh, saudagar kaya itu berkata kepada Nabi Khidhir, “Baik sekali pekerjaanmu. Sungguh engkau mempunyai kekuatan yang tidak kusangka-sangka!!” (bersambung)