bongkah.id – CEO SoftBank, Masayoshi Son mendukung rencana merger Gojek dan Grab. Rencana itu muncul ketika kedua perusahaan yang bersaing tersebut merugi di berbagai negara, akibat berbagai pembatasan terkait virus Covid-19. Keduanya juga merugi di Indonesia.
Nilai valuasi kedua aplikasi ‘super platform’ ini turun secara substansial di pasar sekunder, di mana saham diperdagangkan secara informal. Saham Grab yang berbasis di Singapura, yang bernilai US$14 miliar pada putaran pendanaan terakhirnya di 2019 telah diperdagangkan dengan diskon 25 persen.
Saham Gojek yang bermarkas di Jakarta, senilai hampir US$10 miliar tahun lalu, juga telah dijual dengan diskon besar. Kerugian yang timbul akibat Covid-19 kepada bisnis ride-hailing menekan Grab dan Gojek untuk melakukan merger.
Pembicaraan merger sesungguhnya telah dibicarakan oleh Grab da Gojek pada enam bulan lalu. Namun sikap Son saat itu menentang rencana merger tersebut. Seperti dilansir Financial Times, Son mengatakan merger Grab dan Gojek akan menjadi industri monopoli, di mana perusahaan dengan uang tunai paling banyak pada akhirnya mendominasi pasar tertentu.
Sikap Son pada enam bulan itu, kini berubah. Dia mendukung rencana merger Grab dan Gojek. Pasalnya kedua perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki SoftBank itu, ternyata kini mengalami merugi. Merger menjadi pilihan bisnis agar kedua perusahaan, mampu melewati masa pandemi Covid-19 ini dengan selamat. Tidak bangkrut. Sebaliknya akan menghasilkan sebuah profit.
Namun, rencana merger yang mulai matang itu, kemungkinan akan terhalang. Dibutuhkan perjuangan keras lagi. Status itu membayangi, setelah Alibaba berencana untuk berinvestasi sebesar US$3 miliar atau setara Rp44,7 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.920 per dolar AS) ke Grab Holdings Inc, seperti dilansir TechInAsia, Bloomberg yang menyatakan informasi tersebut dari orang yang terlibat dalam pembicaraan rencana investasi tersebut.
Mengutip BusinessTimes, suntikan dana US$3 miliar dari Alibaba itu untuk mengakuisisi sebagian saham Grab, yang dimiliki perusahaan ride-hailing asal AS, Uber. Saat ini Uber memegang 23,2 persen saham Grab pada akhir 2018. Saham itu diperoleh oleh raksasa ride-hailing yang berbasis di AS itu, setelah memutuskan menghentikan operasional Asia Tenggara.
Dan hingga saat ini, Alibaba masih membahas rencana investasi ke raksasa ride hailing Asia Tenggara tersebut. Rencananya, Alibaba bakal jadi investor tunggal dalam putaran suntikan dana kali ini.
Selain itu, Alibaba diharapkan membeli saham Grab yang saat ini dipegang oleh Uber. Transaksi potensial tersebut akan menjadi salah satu investasi terbesar Alibaba di Asia Tenggara. Sebelumnya Alibaba telah menghabiskan US$ 4 miliar untuk mengambil alih Lazada.
Jika kedua perusahaan tersebut sepakat, maka Grab akan mendapatkan suntikan dana di tengah dampak pandemi virus corona yang cukup memukul perusahaan. Beberapa waktu lalu, CEO dan pendirinya, Anthony Tan bahkan sempat mengungkap pandemi menjadi krisis terbesar yang akan berdampak pada Grab.
Ironisnya, kalau investasi Alibaba itu menjadi kenyataan. Terpastikan kesepakatan itu akan mempersulit merger Grab dan Gojek. Tidak hanya itu, Alibaba berpotensi membuat peningkatan ketidakpercayaan terhadap merger Grab dan Gojek.
“Jika merger Grab-Gojek tidak cukup sulit, masuknya Alibaba dan bisnis terkaitnya akan meningkatkan pengawasan regulasi,” kata direktur dan kepala riset Asia di grup penasihat United First Partners, Justin Tang. (ima)