
bongkah.id – Fenomena semburan air bercampur gas di aliran Sungai Rungkut Tengah, Surabaya, yang sempat menghebohkan warga dua hari terakhir, akhirnya berhasil diatasi.
Setelah dilakukan penelusuran intensif BPBD Kota Surabaya, PGN, dan Tim ITS, penyebab semburan dipastikan berasal dari kebocoran pipa gas nasional milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang melintas di bawah dasar sungai.
Semburan yang muncul sejak Kamis (16/10/2025) siang itu semula mengeluarkan air setinggi sekitar setengah meter disertai aroma gas yang menyengat. Fenomena ini membuat warga panik karena mengingatkan pada peristiwa lumpur panas Lapindo di Sidoarjo.
“Awalnya kecil, berhenti, lalu muncul lagi dan makin besar. Baunya makin terasa sampai jembatan,” ungkap Titis (40), warga sekitar yang pertama kali melihat kejadian itu.
Petugas BPBD Kota Surabaya, Satpol PP, dan aparat kepolisian segera menutup lokasi dengan garis pembatas agar warga tidak mendekat atau menyalakan api di sekitar area.
Irvan Widyanto, Kepala BPBD Kota Surabaya, memimpin langsung koordinasi dengan PDAM dan PGN untuk memastikan sumber semburan.
“PDAM memastikan tidak ada pipa air bersih di bawah jalur sungai ini. Setelah itu kami minta PGN melakukan pemeriksaan terhadap jaringan gas yang ada,” kata Irvan.
PGN merespons cepat laporan tersebut dengan menurunkan tim tanggap darurat guna mengidentifikasi sumber dan kondisi lapangan.
Hedi Hedianto, General Manager Sales and Operation Region III PGN, menegaskan pihaknya segera menutup aliran gas demi keamanan masyarakat dan aset jaringan.
“PGN menindaklanjuti secara cepat laporan masyarakat dengan menurunkan tim tanggap darurat. Kami melakukan penutupan aliran gas pada Jumat (17/10) pukul 17.00, dan sejak saat itu semburan berhenti sepenuhnya,” ujar Hedi.
PGN juga memastikan penyaluran gas bumi kepada pelanggan tetap berjalan normal tanpa gangguan. Saat ini, tim teknis masih melakukan pemantauan lanjutan dan investigasi penyebab kebocoran untuk memastikan keamanan jaringan secara menyeluruh.
Langkah cepat tersebut mendapat perhatian langsung dari Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, yang pada Sabtu sore (18/10/2025) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi bersama Tim ITS dan jajaran BPBD.
Dalam sidak di kawasan Sungai Kebon Agung, Rungkut, Wali Kota menyampaikan apresiasi terhadap kolaborasi lintas lembaga dalam menangani potensi bahaya lingkungan di tengah kawasan padat penduduk.
“Kita tidak boleh berspekulasi. Semua harus berbasis data dan analisis ilmiah agar masyarakat mendapatkan kepastian. Saya mengapresiasi langkah cepat PGN dan BPBD yang bertindak tanggap,” ujar Eri.
Sebelumnya, Tim ITS sempat menelaah kemungkinan hubungan semburan dengan dislokasi minor lempeng Kendeng di bawah Surabaya.
Analisis tersebut membuat sebagian warga khawatir fenomena itu merupakan gejala alam berbahaya. Namun setelah hasil investigasi PGN keluar, kepanikan warga segera reda.
Tito, Koordinator BPBD Surabaya, menjelaskan bahwa sumber semburan dipastikan berasal dari kebocoran kecil pipa gas PGN yang sudah diatasi melalui pemasangan klep pengaman.
“Semburan sudah berhenti dan situasi di lapangan aman. Tim gabungan tetap memantau untuk memastikan tidak ada potensi lanjutan,” ujarnya.
Warga yang sebelumnya dilanda cemas kini mulai lega. “Alhamdulillah, ternyata bukan lumpur seperti Lapindo. Kalau sampai begitu, bagaimana nasib orang Rungkut?” tutur Bambang, warga yang ikut menengok lokasi bersama istrinya.
Fenomena ini menjadi pelajaran penting bahwa kewaspadaan, sinergi, dan kecepatan respons adalah kunci menghadapi situasi darurat di tengah lingkungan perkotaan.
Kolaborasi antara pemerintah kota, PGN, dan kalangan akademik ITS menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah dan tanggap cepat dapat menjadi solusi efektif menghadapi gejala tak terduga.
Malam itu, Sungai Rungkut kembali tenang. Semburan berhenti, dan warga bisa beraktivitas seperti biasa. Namun peristiwa ini meninggalkan pesan berharga.
Di tengah kemajuan teknologi dan kota yang terus tumbuh, bumi tetap memiliki caranya sendiri untuk mengingatkan manusia agar selalu waspada dan bijak menjaga keseimbangan alam. (kim)