Pemerhati sejarah di Jombang, Arif Yulianto saat menunjukkan peta lama./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Pemerhati sejarah di Jombang, Arif Yulianto saat menunjukkan peta lama./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Sebuah peta tua menunjuk satu titik yang kini di kenal sebagai Kabupaten Jombang. Namun di peta lawas itu, wilayah tersebut tercatat dengan nama Tryk Madjapait.

Pemerhati sejarah di Jombang, Arif Yulianto, mengatakan, kebesaran Majapahit yang pernah menguasai hampir seluruh Nusantara, layak dijadikan spirit sekaligus tetenger atau penanda Hari Jadi Jombang.

ads

“Pendapat saya, kalau mau ambil spirit itu ya sekalian yang besar. Ini penting karena untuk tetenger. Spirit yang besar dapat menjadikan semangat dan kebanggaan,” ujarnya, Senin (18/8/2025).

Arif menambahkan, jejak Majapahit di Jombang begitu melimpah. Mulai dari peninggalan benda bersejarah hingga tradisi dan kesenian yang masih hidup di tengah masyarakat.

“Banyak sekali temuan benda-benda bersejarah era Majapahit dari Jombang. Ini menunjukkan bahwa Jombang adalah bagian penting pada masa Majapahit,” tegasnya.

Pria yang akrab disapa Cak Arif itu lalu membeberkan sejumlah peninggalan yang masih bisa dijumpai hingga kini. “Di sisi selatan, ada Candi Rimbi. Kemudian mengarah ke utara, ada Petirtaan Sumberbeji yang disebut diduga dibangun pada era Kadiri, namun digunakan hingga era Majapahit,” jelasnya.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung keberadaan temuan arkeologis yang kini disimpan di museum mini Disdikbud Jombang. “Banyak sekali temuan-temuan lainnya pada era Majapahit yang ditemukan di Jombang, sebagian bisa kita lihat di museum mini,” ungkap anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jombang tersebut.

Lebih jauh, Cak Arif menyebut keberadaan patok-patok batu di Kesamben yang identik dengan penanda batas wilayah bebas pajak pada masa Majapahit. “Patok-patok itu mirip dengan yang ada di Klintirejo, Sooko, Mojokerto,” ujarnya.

Kesamben juga memiliki warisan budaya yang sarat nuansa Majapahit, yakni kesenian Wayang Topeng Jatiduwur. “Bahkan ada yang berpendapat itu adalah bagian dari instrumen Panji, di mana Panji adalah sastra asli Nusantara, sebuah kemandirian bangsa dalam bidang sastra,” tutur Cak Arif.

Jejak Majapahit juga menyebar hingga wilayah utara Brantas, tepatnya di Dusun Bedander, Desa Sumber Gondang, Kecamatan Kabuh. “Ada benda diduga dorpel pintu rumah Ki Bedander. Ada juga ritual mengelilingi Pager Banon. Semuanya itu terkait Majapahit,” katanya.

Ia bahkan menyinggung kisah besar yang diyakini pernah terjadi di dusun itu. “Bedander ini juga diyakini pernah menjadi tempat disembunyikannya Raja Jayanegara oleh Pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada saat meletus pemberontakan Ra Kuti,” pungkasnya.

Sejauh ini, Kabupaten Jombang memang belum memiliki Hari Jadi resmi. Wacana ini pernah mengemuka beberapa tahun silam. Namun, di era Bupati Mundjidah Wahab dan Wakil Bupati Sumrambah, yang baru dicetuskan adalah Hari Jadi Pemerintah Kabupaten Jombang pada 21 Oktober. Penetapan itu merujuk pada turunnya SK Bupati Jombang pertama, R.A.A Soeroadiningrat V, pada 21 Oktober 1910. (Ima/sip)

8

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini