bongkah.id – Dua perupa lintas generasi asal Sidoarjo, Widodo Basuki dan Djagad Ngadianto, bersua dalam sebuah pameran lukisan bersama bertajuk “Ya Jagadku – Ya Jagadmu.”
Pameran ini tidak sekadar ajang menampilkan karya, tetapi menjadi simbol pertemuan dua dunia batin yang menyatu lewat bahasa rupa dan rasa di galeri Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya, Jawa Timur, 18-24 Oktober 2025.
Lahir dari pertemanan panjang dalam lingkaran Komunitas Perupa Delta (Komperta), Widodo dan Djagad tumbuh dalam atmosfer seni Jawa Timur yang penuh eksperimen.
Keduanya sama-sama memilih jalur seni lukis sebagai medan untuk berbicara tentang kehidupan, manusia, dan spiritualitas—dengan gaya yang berbeda namun saling mengisi.
Widodo Basuki, pelukis sekaligus sastrawan kelahiran Trenggalek, menafsirkan jagadnya lewat eksplorasi kisah Panji, legenda klasik yang penuh nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Dalam kanvasnya, Panji bukan tokoh sejarah, melainkan refleksi perjalanan batin manusia yang mencari keseimbangan antara kesunyian dan syukur.
Sementara Djagad Ngadianto, perupa asal Bojonegoro yang kini menetap di Waru, menghidupkan kembali figur-figur wayang dalam konteks kehidupan modern. .
Wayang-wayangnya berbicara tentang manusia yang bekerja, berdoa, bercanda, dan berjuang. Dengan sapuan warna yang berani dan simbolik, ia mengajak penonton mengenali bahwa di balik setiap tokoh mitologis tersimpan wajah diri sendiri.
“Kami tidak sedang berkompetisi tetapi saling melengkapi. Setiap lukisan adalah bagian dari percakapan panjang kami tentang makna hidup,” ujar Djagad.
Keduanya memang berbeda karakter, Widodo lebih reflektif dan spiritual, sedangkan Djagad lebih sosial dan ekspresif. Namun dalam perbedaan itu tersimpan kesamaan pandangan bahwa seni adalah bahasa universal untuk memahami manusia.
Pameran “Ya Jagadku – Ya Jagadmu” menjadi penegasan bahwa seni bukan hanya tentang teknik atau tema, melainkan tentang keberanian menyuarakan isi hati. Dari ruang kanvas, keduanya menegaskan bahwa manusia memiliki jagadnya masing-masing, namun semua terhubung dalam satu rasa: kemanusiaan.
Dalam era seni yang kerap terjebak pada pasar dan sensasi, karya Widodo dan Djagad mengingatkan publik bahwa keindahan sejati lahir dari ketulusan, dari kesediaan untuk melihat dunia dengan mata batin.
Di situlah, dua jagad itu akhirnya bertemu, bukan dalam persaingan, melainkan dalam harmoni. (kim)
Beranda Gaya Hidup Seni budaya Pameran Lukisan “Dua Jagad, Satu Rasa” Menyatukan Ruh Lukisan Widodo Basuki dan...
Pameran Lukisan “Dua Jagad, Satu Rasa” Menyatukan Ruh Lukisan Widodo Basuki dan Djagad Ngadianto
10































