Bongkah.id – Akhir pekan kemarin, tepatnya Jumat sore, 11 Oktober 2024, menjadi hari yang tak terlupakan bagi Sugiono dan adiknya, Kari Bakti. Rumah sederhana mereka di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, habis dilalap api pada pukul 16.30 WIB. Musibah ini menyisakan puing-puing dan duka mendalam bagi dua kakak beradik yang telah lama hidup tanpa kehadiran orang tua.
Bangunan rumah yang berdiri sejak 1993, berukuran 13 x 7 meter, hampir seluruhnya musnah. Kebakaran melalap ruang tamu, dua kamar tidur, dan dapur. Diduga, korsleting listrik pada instalasi tua menjadi penyebab utama kebakaran ini. Sugiono memperkirakan kerugian mencapai sekitar Rp 50 juta jika mereka harus membangun kembali tempat yang telah menjadi satu-satunya perlindungan.
“Rumah ini belum pernah ada perbaikan instalasi listrik sejak orang tua kami. Mungkin itu penyebabnya,” ujar Sugiono dengan penuh kesedihan, Selasa (15/10/2024).
Bantuan yang Tak Kunjung Datang
Setelah kebakaran, Sugiono dan Kari Bakti terpaksa mengungsi ke rumah nenek mereka yang masih berada di lingkungan yang sama, RT 2, RW 6, Kelurahan Banjaran. Kehidupan yang sudah sulit terasa semakin berat setelah kehilangan rumah satu-satunya. Yang lebih memprihatinkan, Sugiono mengungkapkan bahwa mereka belum pernah terdaftar dalam program bantuan pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga tidak mendapatkan bantuan.
“Saya belum pernah terdata di program bantuan dari Pemkot Kediri seperti PKH,” ujar Sugiono dengan kecewa.
Meski demikian, komunitas Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), di mana Sugiono menjadi anggota, bergerak cepat memberikan bantuan moral dan material. Mereka juga membantu menurunkan atap rumah yang rusak akibat kebakaran.
“Saya sangat berterima kasih kepada warga PSHT yang sudah sigap membantu kami,” ucap Sugiono dengan penuh syukur.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Kebakaran ini bukan hanya soal kehilangan harta benda, tetapi juga ujian berat bagi Sugiono dan adiknya yang hidup dengan segala keterbatasan. Kini, mereka hanya bisa berharap pada bantuan dari tetangga, komunitas, dan pemerintah untuk membangun kembali kehidupan mereka.
“Pemerintah Kelurahan sudah melakukan pengecekan, mudah-mudahan ada kelanjutannya,” harap Sugiono.
Pemerintah Tutup Mata?
Kepala Kelurahan Banjaran, Mochamad Yusuf, mengakui bahwa Sugiono dan adiknya memang termasuk warga kurang mampu yang saat ini menghadapi musibah kebakaran. Namun, bantuan dari pemerintah masih belum pasti.
“Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD Kota Kediri, tapi sampai sekarang belum ada kepastian bantuan. Kami menyarankan agar Sugiono mengajukan bantuan resmi,” ujar Yusuf.
Yusuf menambahkan bahwa meski pihak kelurahan telah mengambil langkah-langkah pengecekan dan koordinasi, bantuan dari pemerintah belum bisa dipastikan kapan akan turun.
Musibah ini menjadi peringatan bagi masyarakat Kota Kediri untuk lebih memperhatikan keamanan instalasi listrik di rumah, terutama bagi bangunan tua yang rentan mengalami korsleting. Sugiono dan adiknya kini hanya bisa berharap perhatian dari pemerintah dan pihak terkait agar bantuan yang mereka butuhkan segera datang, sebelum kesulitan yang mereka hadapi semakin bertambah. (wan/rf)