bongkah.id – Dompet digital atau uang elektronik Indonesia, ternyata tidak memberikan jaminan keamanan. Fakta itu tercermin dari pengakuan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, bahwa salah satu penyelenggara dompet digital telah mengalami kasus kebobolan saldo. Nilainya terkategori besar.
Fakta itu dipaparkan Destry Damayanti saat menjadi pembicara dalam kuliah tamu di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Indonesia, yang bertajuk ‘Pasar dan Lembaga Keuangan’, Jumat (16/10/2020) pagi.
Kendati demikian, lulusan Master of Science dari Cornell University di New York, Amerika Serikat ini tidak menyebut penyelenggara jasa sistematis pembayaran (PJSP) yang dimaksud. Yang jelas, menurut dia, kasus tersebut telah ditangani oleh BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kemarin memang ada kejadian cukup besar sekali. Ada kebocoran di salah satu PJSP kita. Kasus itu sudah menjadi perhatian. Sudah masuk ke OJK ke BI. Ada yang membobol pakai mesin,” katanya.
Dikatakan mantan anggota Badan Analisa Keuangan dan Moneter (BAKM) ini, masyarakat sudah saatnya melihat track record e-wallet yang akan digunakan jika ingin menyimpan uang cukup besar. Sebab masalah kehilangan uang di dompet digital bukan hal yang baru terjadi di Indonesia. Karena itu, sebelum menggunakan harus cek dulu siapa penyelenggara e-wallet tersebut.
Kewaspadaan serupa, ditegaskan, perlu diterapkan kepada lembaga penyelenggara jasa keuangan dan perbankan. Terlebih, akhir-akhir ini banyak konsumen jadi korban kasus gagal bayar ,karena tidak cermat menempatkan uangnya. Hal ini kerap terjadi lantaran masyarakat mudah terbujuk oleh iming-iming return besar, sehingga tanpa memperhitungkan risiko kerugian lebih besar yang mengancam keuangan mereka.
“Jadi tetap lah kehati-hatian kita jaga. Pertama cek and ricek. Penyelenggaranya oke apa enggak? Karena apa pun akan ada resiko kalau kita enggak mau cek dan ricek. Dengan bank pun bisa saja ada risiko, kalau kita enggak cek bener-bener kondisi banknya,” katanya. (ima)