Bongkah.id — Membuang sampah sembarangan bukan hanya soal kebiasaan buruk, tapi juga cerminan kurangnya edukasi lingkungan sejak dini. Menyadari hal itu, Kota Mojokerto mengambil langkah kreatif dengan menghadirkan Spogomi, olahraga asal Jepang yang memadukan aktivitas fisik dan aksi memungut sampah.
Digelar pada Minggu (15/6/2025) di Gelora A. Yani, Spogomi menyedot perhatian 200 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.
Bukan sekadar kompetisi kebersihan, kegiatan ini justru menjadi ajang edukatif yang mengajarkan gaya hidup sehat sekaligus membangun kesadaran ekologis secara langsung di tengah masyarakat.
Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk nyata pembelajaran lingkungan yang aplikatif.
“Lewat Spogomi, kita tak hanya bergerak untuk kesehatan fisik, tapi juga menggerakkan kesadaran kolektif tentang pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah,” ungkapnya.
Mengubah Mindset Lewat Pengalaman Langsung
Spogomi memperkenalkan pendekatan baru dalam menyampaikan pesan lingkungan: mengajak, bukan menggurui. Setiap peserta diminta mengumpulkan sampah selama periode waktu tertentu di area yang telah ditentukan. Jenis dan jumlah sampah kemudian dinilai berdasarkan sistem poin.
Dengan metode ini, masyarakat tak hanya belajar memilah sampah, tetapi juga merasakan langsung bagaimana tindakan sederhana dapat memberikan dampak bagi lingkungan.
“Ini cara yang efektif untuk membentuk habit baru di masyarakat. Kita harap kegiatan seperti ini bisa menjadi pintu masuk edukasi lingkungan di sekolah, komunitas, bahkan keluarga,” ujar Plt. Kepala Dinas Kominfo Kota Mojokerto, Santi Ratnaning Tias.
Kolaborasi Inovatif untuk Masa Depan Hijau
Program ini terselenggara berkat kolaborasi antara Pemerintah Kota Mojokerto dengan startup pengelolaan sampah PT Rekosistem. Kolaborasi ini menekankan bahwa isu lingkungan bukan lagi hanya urusan pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama, termasuk sektor swasta dan komunitas.
Spogomi juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Hari Jadi ke-107 Kota Mojokerto. Lebih dari itu, kegiatan ini selaras dengan visi besar Panca Cita Kota Mojokerto: mewujudkan kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pendidikan Lingkungan Tak Lagi Harus di Kelas
Dengan pendekatan seperti Spogomi, edukasi lingkungan kini bisa dilakukan di luar ruang kelas, secara langsung dan menyenangkan. Pemerintah berharap kegiatan ini bisa dilanjutkan secara berkala dan melibatkan lebih banyak pihak, terutama generasi muda.
“Kita ingin menjadikan Spogomi sebagai agenda tahunan. Karena dari kegiatan sederhana ini, kita bisa menanamkan nilai besar: bahwa menjaga bumi adalah tugas semua orang, setiap hari,” pungkas Ning Ita.
Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, Kota Mojokerto membuktikan bahwa pendidikan lingkungan bisa dilakukan dengan cara yang segar, inklusif, dan menggerakkan. Dari jalan-jalan kota hingga hati masyarakat kesadaran lingkungan mulai tumbuh. (wid/sip)
