Bongkah.id – Sejumlah warga yang tergabung dalam Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) melakukan pembongkaran terhadap belasan makam yang diduga palsu.
Pembongkaran ini dilakukan karena makam tersebut dianggap menyesatkan dan tidak memiliki nilai sejarah.
Bertempat di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, pembongkaran dilakukan dengan menggunakan palu dan alat berat lainnya.
Makam tersebut dihancurkan di bawah pengawasan pihak kepolisian untuk memastikan kelancaran proses.
Kepala Dusun Bendo, Nirrawang Mahalila mengatakan, di situs kumitir terdapat makam asli leluhur yakni Mbah Sagu dan Mbah Budiman.
Selain itu, ada 13 makam pula di situs kumitir yang tak diketahui asal usulnya dengan jelas, sehingga dianggap makam palsu dan sepat untuk dilakukan pembongkaran.
“Makam-makam ini berada di wilayah situs Kumitir. Yang mana di dalam situs ini terdapat makam asli Mbah Sagu dan Mbah Budiman, serta 13 makam lainnya yang dianggap palsu. Setelah melalui diskusi panjang, 11 makam palsu tersebut akhirnya dibongkar pada Selasa (14/1/2025) kemarin,” ujarnya.
Terpisah, Panglima PWI LS Kabupaten Mojokerto Athourrahman mengatakan, dari hasil penelusurannya, belasan makam yang diduga palsu itu dibangun oleh seorang bernama Habib SH, hal ini dilakukan atas dasar mimpi dari seorang kiai yang kini disebutnya telah meninggal.
“Ketika saya ingin temui, katanya, kiainya sudah meninggal,” jelasnya.
Atho menceritakan, Habib SH menyebut belasan orang yang dimakamkan di situ bergaris keturunan trah Mataram. Dia juga memastikan informasi itu.
“Karena kita juga kenal dengan beberapa abdi dalem. Ternyata datanya tidak ada,” imbuh Atho.
Selain itu, makam palsu tersebut diziarahi oleh banyak orang, terutama pengikut Habib SH, digunakan sebagai ajang untuk kegiatan spiritual seperti tahlil dan istigatsah.
Meskipun kegiatan tersebut tampaknya bernuansa positif, ada indikasi bahwa beberapa pihak mungkin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meraih keuntungan materi, seperti dengan memungut biaya.
“Yang kami sayangkan di situ ada iuran, kotak amal yang tidak jelas ke mana. Setahu saya juga ada beberapa masyarakat yang meminta iuran dana untuk membangun makam ini. Termasuk pihak desa diminta sekitar Rp30 juta. Tapi desa paham prosedur sehingga tak sampai memberi dana desa ke Habib SH,” pungkasnya. (ima/sip)