Petani tembakau dan Jombang saat memanen./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Petani tembakau dan Jombang saat memanen./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Anjloknya harga tembakau pasca panen di Kabupaten Jombang, Jawa Timur mendapat sorotan serius dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jombang. Organisasi petani tersebut mendesak pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret, termasuk menyediakan asuransi bagi petani yang mengalami kerugian akibat gagal panen.

Sekretaris HKTI Kabupaten Jombang, Hasan Sholahudin, menilai perhatian pemerintah terhadap nasib petani, khususnya petani tembakau, masih sangat minim.

ads

“Petani dibiarkan jalan sendiri. Mulai dari menanam, mencari pupuk, sampai menjual hasil panen. Pemerintah seharusnya hadir dan memberikan solusi konkret,” tegas Hasan saat ditemui di kediamannya, Senin (13/10/2025).

Ia menjelaskan, tanaman tembakau sangat bergantung pada kondisi cuaca. Pemerintah daerah, katanya, seharusnya dapat melakukan antisipasi dini terhadap potensi gagal panen akibat cuaca ekstrem.

“Tembakau bisa diprediksi dari cuacanya. Kalau pemerintah bisa membaca potensi gagal panen, harusnya ada langkah cepat seperti pemberian asuransi pertanian,” ujarnya.

Hasan menambahkan, tembakau semestinya dapat dimasukkan dalam program asuransi pertanian. Namun hingga kini, kebijakan tersebut belum sepenuhnya menyentuh petani tembakau di Jombang.

Selain soal asuransi, ia juga menyoroti minimnya dukungan program pertanian dari pemerintah daerah. Menurutnya, petani tidak hanya butuh subsidi pupuk, tetapi juga pendampingan mulai dari penanaman hingga pemasaran hasil panen.

“Kalau pemerintah bisa membantu menyediakan pasar dan akses distribusi hasil panen, petani akan sangat terbantu. Jangan cuma diam saat harga anjlok,” kata Hasan.

Ia berharap ke depan, pemerintah dapat menghadirkan program pertanian terpadu yang tidak hanya berorientasi pada hasil panen, tetapi juga memberikan perlindungan bagi petani saat mengalami kerugian.

“Asuransi pertanian bisa jadi penyelamat petani saat gagal panen. Tapi kalau panen berhasil, pemerintah juga perlu membantu distribusi agar hasilnya terserap pasar,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, harga tembakau rajangan kering di Kabupaten Jombang mengalami penurunan pada musim panen tahun ini. Dari yang sebelumnya menembus Rp40 ribu hingga Rp45 ribu per kilogram, kini harga hanya berkisar Rp30 ribu per kilogram.

Seorang petani asal Desa Banjardowo, Kecamatan Kabuh, Bandi, mengaku hasil panen tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan.

“Harga tembakau rajangan kering sekarang Rp30 ribu per kilogram, sebelumnya bisa Rp40–45 ribu. Turun karena faktor cuaca yang tidak menentu, sehingga tembakau tidak terlalu lengket dan itu mempengaruhi rasa tembakau,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).

Alih-alih langsung dijual, Bandi memilih menyimpan sebagian hasil panennya. “Sekarang tembakau kami jantur untuk disimpan,” katanya.

Cuaca yang tidak menentu turut memengaruhi kualitas daun tembakau. Musim kemarau tahun ini diwarnai hujan atau dikenal dengan istilah “kemarau basah”, sehingga menurunkan daya jual hasil panen. (Ima/srp)

16

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini