Bongkah.id – Dominasi politik dinasti menguat di Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2020. Penguatan itu ditandai dengan sederet kandidat yang memiliki jejaring penguasa atau mantan pejabat di pemerintah pusat maupun daerah berpotensi memenangkan kontestasi lima tahunan ini.
Pada pilkada serentak 2020, total ada 55 kandidat atau setara 44% dari 124 calon kepala daerah yang masuk kategori dinasti politik. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei dan Sistem Informasi dan Rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (Sirekap KPU) menunjukkan keunggulan sejumlah nama calon yang terafiliasi dengan penguasa dan mantan pejabat.
“Penyebab dinasti politik terus bercokol dari Pilkada ke Pilkada adalah regulasi yang lemah. Pasal 7 poin (q) UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada yang mengatur tentang larangan dinasti politik, dibatalkan MK melalui putusan Nomor 34/PUU-XIII/2015,” tulis Dosen FISIP UNS Martien Herna Susanti dalam laporan penelitiannya yang berjudul Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia.
Martien menyebutkan, MK dalam putusannya menilai alasan konflik kepentingan yang mendasari terbentuknya peraturan tersebut hanya bersifat politis dan asumtif, seolah-olah setiap kandidat yang terafiliasi darah dengan petahana akan membentuk dinasti politik. MK menilai hubungan darah adalah kodrat ilahi dan tak bisa menghalangi seseorang berkiprah dalam politik atau menjadi pejabat pemerintahan.
“Ironisnya, sampai saat ini belum ada peraturan lain yang melarang dinasti politik. Sehingga membuka ruang lebar bagi para elite politik melakukan regenerasi melalui Pilkada.”
Kandidat berlabel dinasti politik yang paling populer adalah Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Calon Walikota Solo yang berduet dengan Teguh Prakosa unggul telak atas pasangan Bagyo-Supardjo di Pilwalkot Surakarta. Hasil rekapitulasi suara sementara di KPU pada posisi 78% suara yang masuk, Gibran-Teguh meraup 86,5% suara berbanding 13,5% suara milik rivalnya, Bagyo Wahyono-Suparjo Fransiskus Xaverius.
Kemenangan Gibran akan menjadikan Jokowi sebagai presiden pertama di Indonesia yang memiliki anak menjabat kepala daerah. Catatan sejarah baru ini, pun ditorehkan Jokowi hanya dalam waktu enam tahun kepemimpinannya.
Namun, Gibran telah menampik keikutsertaannya dalam Pilkada 2020 merupakan bagian dari dinasti politik. Hal ini lantaran menurutnya tak ada kewajiban masyarakat memilihnya.
“Yang jelas, kalau ditanya dinasti politik, ya dinasti politiknya sebelah mana?”, kata Gibran mengutip Kompas TV, Rabu (9/12/2020) lalu.
Keunggulan Gibran diikuti adik iparnya Bobby Nasution yang bertarung di Pilwalkot Medan. Calon walikota yang berpasangan dengan Aulia Rachman itu meraih 53,6% suara, unggul sementara atas pesaingnya, Akhyar Nasution-Salman Al Farisi yang memperoleh 46,4%.
Pemenang Pilkada 2020 lain yang masuk dalam kategori dinasti politik adalah Hanindhito Himawan Permana. Ia adalah anak Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Berdasarkan hasil sirekap KPU, ia dan pasangannya Dewi Mariya unggul telak atas kotak kosong dengan 76,8% di Pilkada Kediri.
Ada juga Pilar Saga Ichsan yang menjadi calon Wali Kota Tangerang Selatan mendampingi petahana Benyamin Davnie. Ia adalah kemenakan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany yang jabatannya akan habis tahun ini dan anak dari Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.
Masih di Provinsi Banten, duet Benyamin-Pilar mengantongi 41,86% suara. Mereka unggul dari dua kandidat lain, yakni Muhammad-Saraswati Djojohadikusumo (34,42%) dan Azizah Ma’ruf-Ruhamaben (23,72%). Pilkada Tangerang Selatan 2020 adalah pertarungan antara dinasti politik nasional dan lokal. Mengingat, Saraswati kemenakan Menhan Prabowo Subianto dan Azizah anak dari Wapres Ma’ruf Amin.
Langkah mulus Pilar diikuti ibunya Ratu Tatu yang sekali lagi memenangi Pilkada Serang. Berpasangan dengan Pandji Tirtayasa, duet ini sementara unggul dengan 64,16% suara, melawan Nasrul Ulum-Eki Baihaki meraih 35,9% suara.
Kemenangan Pilar dan Ratu Tatu membuktikan dinasti politik mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah masih sangat kuat di provinsi itu.
Atut sendiri masih mendekam di penjara karena tersangkut kasus suap Pilkada Lebak yang juga menyeret Ketua MK Akil Mochtar. Nagara Institute mengurutkan wilayah dengan dinasti politik terkuat.
Berkaca pada hasil Pilkada serentak pada 2015, 2017, dan 2018, Banten didaulat sebagai wilayah yang paling terpapar dinasti politik. Jumlahnya mencapai 55,6%. Disusul Kalimantan Timur dengan 33,4% wilayah yang terjerat trah politik keluarga.
Selain nama-nama yang telah disebutkan tersebut, masih ada 50 kandidat lain yang berkategori dinasti politik memenangi Pilkada 2020. Antara lain sosok Calon Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati yang berduet dengan Muhammad Albarra meraih 65,4%, unggul sementara atas dua rivalnya, Pungkasiadi-Titik Masudah 18,6% dan Yoko Priyono-Chairun Nisa 16,0% dari rekapitulasi suara di 1215 TPS.
Ikfina adalah istri mantan Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa (MKP). Kemenangan Ikfina bakal mengukuhkan dinasti politik keluarga suaminya di Mojokerto Raya.
Sekadar diketahui, adik ipar Ikfina, Ika Puspitasari saat ini berkuasa sebagai Walikota Mojokerto. Sementara MKP sendiri masih menjalani hukuman di penjara setelah divonis bersalah dalam kasus korupsi pengurusan izin pendirian tower di Kabupaten Mojokerto. (bid)