bongkah.id – Virus Covid-19 dituding sebagai salah satu tiket menuju liang lahat. Mati. Statusnya sama dengan virus HIV Aids. Masih belum ada obatnya. Dasarnya angka kematian pasien yang diumumkan di media konvensional, online, dan medsos yang terus bertambah signifikan. Menakutkan. Seakan tidak dapat dikendalikan. Karena itu, terpapar Covid-19 tak pernah diharapkan siapa pun.
Kalau hanya melihat daftar angka kasus, kematian pasien, dan sembuh seperti data per 11 September pukul 15.00 WIB, jumlah kasus positif di seluruh dunia telah mencapai 28.176.532 kasus. Yang meninggal 909.679 orang. Yang sembuh 18.996.634 orang. Sementara di Indonesia sudah mencapai 210.940 kasus positif. Yang meninggal dunia 8.544 orang. Yang sembuh 150.217 orang. Pasti setiap orang sangat ketakutan. Secara tersirat, data itu mencerminkan ada pembunuh misterius yang secara pelahan dan pasti. Beroperasi menghabisi para manusia di dunia.
Namun, tidak demikian buat bakal calon wali kota (Cawalkot) Surabaya, H. Machfud Arifin. Virus Covid-19 diyakini memiliki kemampuan serangan lebih kuat dibanding virus influensa biasa. Datang menyerang seseorang disaat imunitas dirinya menurun. Prosesnya sangat cepat. Ciri-ciri influensa dan Covid-19 nyaris sama. Jika influensa memiliki ciri penderita sering bersin, tubuh terasa lelah, kepala pening, dan demam. Sementara yang terpapar Covid-19 ada tambahan tenggorokan kering seperti terserang radang, dada berat untuk bernafas seperti penderita asma, dan demam terus naik mirip penderita malaria.
“Saya dapat mengatakan semua ciri-ciri terpapar Covid-19 itu, karena sudah pernah merasakan. Untungnya saat tenggorokan terasa kering, saya langsung tes swab pada 24 Agustus lalu. Saat terkonfirmasi positif, saya langsung isolasi mandiri di rumah. Semua urusan terkait Pilwali ditangani tim,” kata mantan Kapolda Jatim ini.
Pada tanggal 5 September, Machfud melakukan tes swab. Untuk melengkapi syarat pendaftaran menjadi peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Hasil tes swab yang terkonfirmasi negatif itu, sudah dilampirkan dalam berkas pendafataran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya, Minggu (6/9/2020). Fakta itu membuat berkas pendaftarannya dinyatakan sempurna dan diterima KPU.
Karena itu, tak dipungkiri sangat prihatin terhadap fitnah yang menimpanya. Seorang politisi dan koleganya menuding dirinya, melakukan pelanggaran PKPU. Dirinya mendaftar ke KPU dalam kondisi terpapar Covid-19. Fitnah itu berlawanan dengan fakta yang ada. Dia datang ke KPU, setelah hasil tes swab tanggal 5 September menyatakan status dirinya terkonfirmasi negatif. Hasil tes swab itu juga terlampir dalam berkas pendaftaran.
Selain hasil tes swab 5 September yang menyatakan dirinya terkonfirmasi negatif. Machfud saat mendaftar ke kantor KPU Surabaya menerapkan protokol Covid-19 super ketat. Selain memakai masker sepanjang pendaftaran. Dia juga mengenakan face shield. Dua sarana pelindung diri dan orang lain itu, mencerminkan dirinya tidak ingin sakit. Juga, tidak ingin membuat orang lain sakit.
Belajar dari fitnah yang dilemparkan para politisi, buzzer, dan lainnya itu, kini Machfud mulai mengetahui kotornya dunia politik di Indonesia. Menghalalkan segara cara yang diharamkan agama, untuk membuat kelompoknya menang. Rela berbohong demi suara dukungan rakyat. Nantinya, kebohongan pertama akan ditutup dengan kebohongan kedua. Selanjutnya melakukan kebohongan ketiga untuk menutupi kebohongan pertama dan ketiga. Kebohongan itu terus ditumpuk, sehingga menjadi sebuah kebenaran manipulatif yang merugikan sistem pemerintahan di Kota Surabaya.
Karena itu, alumni Akpol 1986 ini menegaskan akan melakukan perlawanan politik cerdas. Membuat statemen fitnah yang ditebarkan, justru menyadarkan masyarakat Surabaya. Jika mereka berpolitik jahat. Tebar fitnah untuk menang, salah satunya. Gaya politik jahat itu harus dibersihkan dari Kota Surabaya, semi kesejahteraan rakyat yang sesungguhnya. Bukan pencitraan di media dan medsos saja.
“Ilmu politik itu lahir untuk mensejahterahkan rakyat lewat pengelolaan sistem ketatanegaraan yang benar. Bukan membohongi rakyat dan memanipulasi fakta, yang selama ini merugikan rakyat. Masa gak bosan berbohong terus yang sangat menyakiti rakyat,” ujarnya.
MENEBUS DOSA
Terpapar Covid-19, bagi pria yang berpengalaman di bidang Reserse Polri ini, tak dipungkiri sangat disyukuri. Dengan berstatus sakit itu, membuktikan dirinya sangat dicintai Alloh SWT. Dia diberi kesempatan melakukan penghapusan dosa, yang telah dilakukan secara sengaja atau khilaf.
Dasar keyakinannya jika sakit akan menggugurkan dosa seorang muslim, salah satunya hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim. Yang isinya, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
Demikian pula dalam hadits, “Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya”. (HR. Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban no. 697, disahihkan Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 576).
Tidak hanya itu, Machfud merasakan, terpaparnya dia oleh Covid-19 itu merupakan ilmu yang diberikan Alloh pada dirinya. Alloh memilihnya sebagai pasien Covid-19 yang berhasil sembuh. Artinya dirinya memiliki sebuah pengalaman berharga saat merasakan sakit. Demikian pula ilmu tentang perjuangan untuk sembuh. Dua pengalaman itu diyakini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Surabaya, yang saat ini tengah berjuang menanggulangi paparan Covid-19.
“Yang jelas saya sudah punya pengalaman terinfeksi Covid-19. Saya pelaku langsung yang terkait dengan persoalan Covid-19 ini, saya lebih gampang dalam menjelaskan ke warga tentang cara untuk sembuh dari Covis-19 dibanding mereka yang memberi nasehat berdasar teori yang dibisikkan,” katanya.
Dalam menghadapi pandemi Covid-19, bakal cawalkot yang diusung Demokrat, PKB, PAN, PPP, NasDem, Golkar, Gerindra dan PKS ini berpesan, warga Kota Surabaya dan Indonesia tetap waspada. Pun tak menganggap remeh Covid-19. Kendati demikian, ia mengingatkan agar masyarakat juga tidak terlalu takut berlebihan. Cukup dengan mematuhi protokol kesehatan dengan ketat, sesungguhnya masyarakat memiliki potensi untuk tidak terpapar.
Sebelumnya, Machfud Arifin mengakui telah positif Covid-19 usai beberapa kali swab tes. Terakhir ia dinyatakan terinfeksi virus tersebut saat menjalani tahapan kesehatan oleh KPU di RSUD dr Soetomo, Surabaya, 7 September lalu.
Hasil tes swab di tahapan kesehatan oleh KPU itu, tak dipungkiri sempat membuatnya kaget dan bingung. Sebab dirinya terkonfirmasi negatif dari tes swab pada 5 September. Tes swab untuk melengkapi berkas dokumen pendaftaran ke KPU. Keberadaan hasil tes swab itu yang menjadi salah satu penyebab dinyatakan sempurna oleh KPU. (ima/TAMAT)