Menurut Edy, pinjaman sebesar Rp 25 juta cukup untuk biaya menggarap lahan tebu hingga panen (penebangan). Sedangkan KUR pendaaan tanam lanjutan disediakan sebesar Rp 17,5 hektar.
“Kalau tanam lanjutan sudah tidak perlu beli bibit dan bajak traktor,” terang Edy..
Adapun mekanisme peminjaman modal, imbuh Edy, diawali dari petani yang tergabung mengajukan permohonan kepada koperasi yang akan diteruskan ke manajemen PG Gempolkrep lalu sampai BNI. Selanjutnya pihak bank mencairkan ke koperasi dengan sistem bayar tenor 18 bulan sejak tanam hingga panen.
“Pengembalian pinjaman dibayar dari hasil dari panen. Jadi tidak dengan cara cicilan, bahkan bisa lunas sebelum panen selesai. Mekanismenya petani membayarkan ke koperasi dengan cara potong hasil panen,” jelas Edy. (bid)