Petik laut di Muncar Banyuwangi, Sabtu (12/7/2025).. Bongkah id/Muhammad Hatta/
Petik laut di Muncar Banyuwangi, Sabtu (12/7/2025).. Bongkah id/Muhammad Hatta/

Bongkah.id – Ribuan nelayan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menggelar tradisi tahunan Petik Laut, Kamis, (12/7/2025) kemarin.

Hal tersebut, sebagai wujud syukur atas hasil laut dan doa untuk keselamatan serta keberkahan dalam melaut.

ads

Diketahui, tradisi Petik Laut ini digelar oleh komunitas nelayan Muncar, didukung pemerintah desa, tokoh adat, maupun masyarakat pesisir. Serta para nelayan berpartisipasi dengan penuh antusiasme, mengenakan pakaian adat khas dan menghiasi perahu mereka dengan warna-warni bendera, juga ornamen budaya.

Untuk puncak acara Petik Laut ditandai dengan pelarungan sesaji dengan membawa perahu gitik, yang berukuran 4 meter X 90 sentimeter. Yakni mengangkut sesaji dari berbagai hasil bumi, termasuk kepala kambing kendit berkail emas. Pasalnya, adat budaya tersebut di percaya sebagai simbol persembahan kepada penguasa laut, agar diberi keselamatan serta limpahan rezeki. Prosesi ini diawali doa bersama, lalu diiringi musik tradisional dan kirab budaya.

Tradisi ini berlangsung setiap tahun pada bulan Suro (penanggalan Jawa) setiap tanggal 15 penanggalan Jawa. Tahun ini jatuh pada hari Jumat Pon. Lokasinya berada di perairan Muncar, salah satu sentra nelayan terbesar di Jawa Timur.

Menurut tokoh nelayan setempat, Haji Sumari (60), Petik Laut bukan sekedar ritual adat, tetapi juga ungkapan rasa syukur dan bentuk pelestarian nilai-nilai budaya leluhur.
“Kami percaya alam harus dihormati. Laut bukan hanya tempat mencari ikan, tapi juga sumber kehidupan yang harus dijaga keseimbangannya,” ujarnya saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Sabtu (12/7/2025).

Acara ini dihadiri oleh ribuan warga, termasuk wisatawan lokal, pejabat kecamatan, serta perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.

Camat Muncar, Trisetia Supriyanto, menyebutkan bahwa tradisi ini juga menjadi bagian dari kalender wisata budaya Kabupaten Banyuwangi.

“Selain melestarikan kearifan lokal, Petik Laut juga mampu menggerakkan ekonomi warga melalui sektor pariwisata,” ucap Trisetia.

Dalam pelaksanaan Tradisi Petik Laut suasananya berlangsung khidmat dan meriah. Warga tumpah ruah di sepanjang dermaga untuk menyaksikan pelarungan. Anak-anak hingga lansia terlihat antusias mengikuti kirab serta hiburan rakyat yang digelar setelah ritual utama selesai.

Tradisi Petik Laut Muncar menjadi bukti kuat bahwa harmoni antara manusia, alam, dan budaya masih terjaga di tengah modernisasi. Para nelayan berharap tradisi ini tetap lestari dan terus membawa berkah untuk generasi mendatang.

Sementara itu, Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Banyuwangi Desi Prakasiwi, secara resmi melepas kirab budaya dari halaman Koramil Muncar, yang kemudian diarak menuju Pelabuhan Muncar sebagai titik akhir prosesi sebelum pelarungan sesaji ke laut.

“Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, saya berangkatkan dan semoga lancar serta selamat sampai tujuan. Selamat dan sukses untuk Petik Laut Muncar 2025,” ucap Desi saat melepas kirab.

“Petik Laut ini adalah warisan budaya yang luar biasa. Sudah diselenggarakan sejak tahun 1901 dan sekarang memasuki tahun ke-124. Ini membuktikan betapa kuatnya tradisi ini melekat di hati masyarakat,” sambungnya.

Lebih lanjut kata Legislator PDI Perjuangan itu, tradisi tersebut tidak hanya menjadi bagian dari kepercayaan dan spiritualitas masyarakat nelayan. Akan tetapi juga mengandung nilai-nilai gotong royong, solidaritas sosial, serta potensi pariwisata budaya.

“Momentum seperti ini juga penting untuk mendidik generasi muda agar mencintai budaya leluhur. Saya berharap kegiatan ini terus dilestarikan dan menjadi ruang ekspresi serta identitas masyarakat pesisir khususnya Masyarakat Muncar,” tutup Desi yang juga merupakan warga Desa Tembokrejo, Muncar itu. (ata/sip)

6

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini