Muhammad Ismail Fauzi saat menunjukkan kripik usus omah kriuk hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Muhammad Ismail Fauzi saat menunjukkan kripik usus omah kriuk hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Di balik seragamnya sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI), Muhammad Ismail Fauzi menyimpan cerita inspiratif tentang keberanian berwirausaha.

Pria asal Dusun Ngerandu, Desa Morosunggingan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, memulai usahanya sejak 2022, saat pandemi Covid-19 memaksa banyak orang kehilangan pekerjaan. Ismail pun ikut merasakan dampaknya.

ads

Namun, di sela kesibukannya, ia tak tinggal diam. Suatu hari, seorang teman menawarkan usus ayam mentah. Ismail membeli 20 kilogram, lalu mencoba mengolahnya menjadi camilan kriuk. Dari dapur rumahnya, lahirlah brand ‘Omah Kriuk’, yang kini melejit sebagai produsen kripik usus dengan pengiriman lintas kota hingga luar Jawa.

Kini, produksi harian Omah Kriuk tak main-main. Untuk varian original saja, Ismail bisa menghabiskan 1,5 hingga 2 ton usus setiap hari.

“Kripik usus yang rasa-rasa omzetnya sekitar Rp 20 juta per bulan. Sedangkan kripik usus original omzet hingga Rp 50 juta setiap bulan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (11/7/2025).

Best Sellernya, lanjut Mail rasa pedas daun jeruk paling digandrungi oleh pecinta kriuk. “Kami punya varian rasa pedas daun jeruk dan pedas nampol. Tapi yang paling laris tetap pedas daun jeruk,” ungkap Ismail.

Harga jualnya pun bersahabat, Rp 40 ribu per kilogram untuk varian original, dan Rp 45 ribu untuk rasa-rasa.

Proses produksinya terjaga ketat. Usus dicuci bersih, dipilah dari lemaknya, lalu dicuci lagi sebelum dicampur tepung terigu dan bumbu rahasia. Setelah itu, usus digoreng selama 16 menit hingga kering sempurna, lalu langsung dipacking.

Produk Omah Kriuk tak hanya dijual secara online lewat Shopee dan TikTok Shop, tapi juga dipasok ke agen-agen besar di Mojokerto, Surabaya, Malang, Bekasi, bahkan hingga Kalimantan dan NTB.

“Biasanya, para agen memilih varian original karena dinilai cocok untuk dijual kembali,” jelasnya.

Berawal dari 20 kilogram, kini usahanya merambah puluhan ton. Siapa sangka, dari kripik usus, seorang kepala sekolah di Jombang mampu membuka lapangan kerja dan menembus pasar antar pulau. (Ima/sip)

56

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini