Agusta Jaka Purwana, Wakil Ketua KADIN Jember yang juga pengusaha cerutu nasional tengah saat berada di pabrik cerutu miliknya.
Agusta Jaka Purwana, Wakil Ketua KADIN Jember yang juga pengusaha cerutu nasional tengah saat berada di pabrik cerutu miliknya. bongkah id/Muhammad Hatta/

Bongkah.id – Berbagai kalangan di Indonesia mulai khawatir dengan akan diberlakukannya kebijakan bea masuk ekspor ke Amerika Serikat sebesar 32 persen, mulai 1 Agustus 2025 mendatang.

Kebijakan disinsentif itu sengaja dibuat oleh Presiden Donald Trump dengan alasan untuk melindungi ekonomi Amerika Serikat yang selama ini dianggap minus dengan sejumlah negara mitra dagangnya.

ads

Upaya pemerintah Indonesia untuk melobi pemerintah AS, gagal setelah Donald Trump memastikan tetap akan memberlakukan kebijakan itu. Nasib Indonesia itu berbeda dengan Vietnam yang berhasil merayu AS agar membatalkan kebijakan yang disebut dengan Tarif Trump tersebut.

Meski demikian, kekhawatiran tidak dirasakan oleh pengusaha cerutu di tanah air. Salah satu pengusaha cerutu terbesar di Jawa Timur, Agusta Jaka Purwana optimistis, komoditas cerutu tetap akan prospektif di tengah kekhawatiran perang dagang dunia.

Salah satunya karena AS bukan merupakan pasar atau market utama untuk ekspor cerutu Indonesia.

“Kita yakin, kalau cerutu, tidak terlalu terdampak. Mungkin yang terdampak itu seperti komoditas garmen dan elektronik dari Indonesia yang selama ini banyak ekspor ke AS. Karena kita lebih banyak ekspor wilayah Eropa dan Australia,” ungkap pria yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin Indonesia) Jember ini, saat diwawancarai di kantornya, Kamis (10/07/2025).

Agusta menambahkan, selama ini produk cerutu Indonesia juga banyak diekspor ke Cina yang merupakan musuh Amerika Serikat dalam perang dagang kali ini.

Selain pangsa pasar, produk cerutu diyakini tidak terlalu terdampak kebijakan Tarif Trump karena alasan karakteristik marketnya. Selama ini, market cerutu adalah masyarakat kalangan menengah ke atas untuk gaya hidup.

“Orang yang menikmati cerutu adalah orang yang sudah tidak berpikir soal harga. Cerutu itu kan terkait dengan life style dan gaya hidup. Jadi harga berapapun pasti akan di beli. Sama seperti orang gemar motor atau mobil mewah,” tutur pria yang juga komisaris perusahaan cerutu PT Boss Image Nusantara (BIN Cigar) ini.

Agusta menjelaskan, tembakau Basuki Na-Oogst (BNA) yang hanya bisa tumbuh di Jember dan sekitarnya, selama ini punya tempat tersendiri di kalangan pecinta cerutu dunia karena kualitasnya.
Awalnya, tembakau ini banyak diekspor dalam bentuk mentah. Namun belakangan, tembakau BNA diekspor setelah diolah salah satu menjadi cerutu, sehingga nilai ekonominya menjadi jauh meningkat. (ata/sip)

18

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini