Bongkah.id – Daun salam masih banyak digemari masyarakat di Jawa Timur untuk penyedap rasa atau aroma makanan dan minuman. Tingginya permintaan membuat ibu-ibu di Dusun Losari, Desa Mejoyolosari Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang menambah penghasilan dari bekerja mengemas daun salam.
Lembaran daun berwarna hijau segar berserakan di sebuah rumah sederhana Dusun Losari, Desa Mejoyolosari Kecamatan Gudo siang itu. Beberapa lidi bambu yang sudah dilancipkan juga ditata rapi disamping emak-emak.
Sejurus kemudian, emak-emak itu menusukan daun salam yang telah digulung ke sebuah lidi bambu. Satu lidi bambu berisi sekitar enam daun salam segar.
”Ya ditusuk mirip sate seperti ini. Nanti jualnya per tusuk,’’ ujar Lasminah (52) salah satu warga, Rabu (9/8/2023).
Ya, itulah Lasminah dan ibu-ibu di Dusun Losari yang mengemas daun salam dari juragan pemilik usaha penjualan bahan bumbu dapur tersebut. Dalam sehari, satu orang bisa menyelesaikan 200-300 tusuk dengan upah Rp 7.000 per 100 tusuk.
”Ini mulai satu tahunan. Ya lumayan buat tambahan beli keperluan bumbu dapur,’’ ungkap dia.
Daun salam nantinya akan dijual ke pasar di wilayah Pabean Cantian, Surabaya. Lasminah mengungkapkan, pengemasan daun ini dengan cara ditusuk agar tidak cepat layu.
”Ini nanti digunakan untuk penyedap makanan,’’ jelas dia.
Kalau harganya, Lasminah menyebutkan, daun salam dijual Rp 1.000 per tusuk. ”Kalau di pasar harganya beda lagi, Rp 1.000 per tusuknya,’’ jelas dia.
Dia mengakui, permintaan daun salam untuk kebutuhan penyedap masakan masih cukup tinggi. Tingginya peminat karena aroma yang dihasilkan daun salam dinilai lebih khas dibandingkan penyedap rasa buatan.
”Apalagi daun salam kan banyak manfaatnya untuk kesehatan. Mulai meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan kolestrol dan lain-lain,’’ pungkas Lasminah. (ima)