Bongkah.id – Huruf hanacaraka datasawala sangat erat dengan masyarakat Jawa khususnya, namun tak banyak masyarakat yang mengerti arti dari aksara Jawa tersebut.
Dikutip dari buku mengenal Aksa Jawa karya Estu Pitarto, berikut adalah arti filosofi aksara hanacaraka datasawala yang dapat diketahui.
1. Ha-Na-Ca-Ra-Ka artinya adalah ”utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Hal ini menunjukkan adanya pencipta (Tuhan), ciptaan (manusia), dan tugas yang diberikan Tuhan kepada manusia.
2. Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan “data” atau saatnya dipanggil tidak boleh “sawala” atau mengelak. Dalam hidup ini manusia harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
3. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya menunjukkan menyatunya zat pemberi hidup (Ilahi) dengan yang diberi hidup (makhluk). Makna filosofisnya, setiap batin manusia pasti sesuai dengan apa yang diperbuatnya.
4. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan . Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Huruf Jawa tersebut sangat berkaitan erat dengan cerita Ajisaka yang hidup pada masa Kesultanan Demak.
Surat ditulis dengan menggunakan serat Suluk Wijil dan serat Ajisaka. Pada masa itu, urutan pangram hanacaraka digunakan untuk memudahkan pengikatan 20 konsonan dalam bahasa Jawa.
Adapun urutan tersebut terdiri dari 4 baris dengan tiap baris terdiri dari 5 aksara yang menyerupai puisi. Dengan kata lain, dalam setiap baris memiliki makna dan cerita yang berbeda sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.
Jadi, aksara Jawa tidak hanya sekadar konsonan saja, tetapi memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. (ima/sip)