Bongkah.id – Di tengah gempuran produk makanan dan camilan kemasan modern, sentra produksi kerupuk upil di Desa Jabon, Kecamatan Jombang, Jawa Timur, justru berkembang. Beberapa di antaranya bahkan melayani permintaan kerupuk non kolestrol hingga luar daerah.
Mahfullah (41), salah satu pemilik indutri rumahan kerupuk di Jombang mengatakan, dirinya memulai usaha ini sejak tahun 2005. Awalnya, dia masih melayani skala kecil di warung-warung dengan kemasan kecil seharga Rp 500.
Menurut Mahfullah, permintaan kerupuk upil justru meningkat dan stabil pada saat musim penghujan. Pasalnya, saat hujan banyak orang yang suka nyemil. Sebaliknya, saat musim kemarau permintaan cenderung menurun.
”Tapi kalau cuaca panas seperti ini, mempercepat penjemuran,’’ katanya saat ditemui di tempat usahanya, Senin (8/5/2023).
Selama 18 tahun memproduksi kerupuk upil, kini usahnya makin berkembang. Termasuk kemasan yang ia gunakan juga kini memiliki beberapa varian. Misalnya, kemasan bungkus besar yang dijual Rp 4000 per bungkus.
”Sekarang kebanyakan yang laku kemasan besar. Alhamdulillah pemasaran juga berkembang, sekarang dikirim ke sejumlah wisata religi misalnya Makam Gus Dur, wisata religi Troloyo, toko buah dan juga dikirim ke Surabaya,’’ tambahnya.
Tingginya permintaan, membuat Mahfullah harus menambah produksi. Saat ini, usahanya bisa memproduksi hingga dua kuintal setiap hari.
”Ya, cuaca terik juga karena menguntungkan karena bisa mempercepat penjemuran sehingga membuat produksi jadi meningkat,’’ ungkapnya.
Kerupuk upil bikinan Mahfullah terbuat dari bahan yang sederhana. Yakni tepung tapioka, garam dan bawang.
”Ini non kolestrol, karena kita goreng dengan pasir bukan minyak,’’ bebernya. (ima)