bongkah.id – Status KRI I Gusti Ngurah Rai-332 tak lagi kapal perusak kawal rudal (PKR). Namun, meningkat menjadi kapal kombatan. Sebuah freegat yang siap melakukan serangan terhadap lawan, yang ada di empat matra secara bersamaan. Yakni perang permukaan sesama kapal perang, perang bawah air melawan kapal selam, perang udara dengan pesawat tempur, dan perang secara teknologi.
Peningkatan status fregat kelas Martadinata kedua hasil kerjasama PT PAL dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda ini terjadi, setelah dilakukan proses pengintegrasian sistem sensor dan senjata (Sewaco) di fasilitas produksi Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia (Persero), di Surabaya. Salah satunya ditambahkannya alat utama sistem senjata (alutsista). Yakni Fitted For But Not With (FFBNW).
Dalam proyek pembenahannya, menurut Sekretaris Perusahaan PT PAL Indonesia (Persero) Rariya Budi Harta, beberapa integrasi yang dimiliki freegat tersebut mengalami penajaman kualifikasi alutsista. Yakni intergasi sistem sensor dan senjata. Demikian pula kapabilitas rancang bangun. Sekaligus teknologi pembangunan alutsista Matra Laut.
“Dengan selesainya proyek FFBNW tersebut, maka status KRI I Gusti Ngurah Rai-332 meningkat pesat. Menjadi sebuah freegat kombatan yang mampu melaksanakan tugas pokoknya, seperti anti air warfare, anti surface warfare, electronic warfare, naval gun fire support, serta naval diplomacy,” kata Rariya saat dihubungi ponselnya, Jumat (6/11/2020).
Menurut dia, proyek peningkatan status KRI I Gusti Ngurah Rai-332 ini merupakan konsep investasi pertahanan, yang diamanatkan Presiden Joko Widodo pada HUT TNI ke-75 pada 05 Oktober lalu. Peningkatan itu kian memperkuat TNI Angkatan Laut dalam menjalankan tugasnya. Menjaga NKRI
“Investasi tersebut tidak hanya berupa barang yang terlihat (tangible) seperti peralatan dan fasilitas. Juga, pada hal-hal strategis yang tak kasat mata (intangible) seperti keahlian dan penguasaan teknologi,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 merupakan kapal yang cukup canggih. KRI I Gusti Ngurah Rai-332 merupakan kapal PKR. Memiliki kapasitas kru sebanyak 120 personil TNI. Dengan daya tempuh berkecepatan 28 knots.
Kecanggihan lain kapal ini, memiliki kemampuan membajak sistem persenjataan dan kendali dari kapal perang musuh. Kapal jenis Sigma 10514 ini memiliki spesifikasi panjang 105,11 meter, lebar 14,02 meter, draf termasuk sonar 5,73 meter dengan bobot penuh 3.216 ton.
Persenjataan yang diusung antara lain meriam utama OTO Melara 76/62 milimeter super rapid gun, rudal SSM Exocet MM40 Block 3 dengan jarak jangkauan antara 180-200 kilometer. Juga dilengkapi rudal SAM Anti Serangan Udara Mica, yang dirancang dapat dioperasikan dalam waktu singkat di segala cuaca. Rudal ini memiliki jangkauan 20-25 kilometer, yang dilengkapi dengan Terma SKWS Decoy Launching System. Sensor pembaca panas, yang membuat penghancuran sasaran secara pasti.
Sementara sistem persenjataan lainnya, adalah torpedo AKS A-244S. Torpedo jenis ringan berpandu. Kemampuan torpedo ini khusus untuk mengincar sasaran di perairan laut dangkal. Disempurnakan dengan Meriam Close In Weapon System (CIWS) Millenium Gun 35 milimeter. Yang berfungsi untuk menangkis serangan udara dan ancaman permukaan jarak dekat. KRI ini juga memiliki mode siluman atau stealth agar tak mudah terdeteksi.
Untuk peperangan elektronik, fregat ini memiliki sistem electronic counter measure (ECM) dan electronic support measure (ESM). Kedua sistem ini telah terintegrasikan dalam combat management system (CMS).
Setelah selesai proses pembenahannya, pada 3 November 2020 lalu, PT PAL Indonesia (Persero) melaksanakan Seremoni delivery Fitted For But Not With (FFBNW). Bertempat di Dermaga Bandar Barat PT PAL Indonesia (Persero), KRI I Gusti Ngurah Rai-332 diserahkan kepada Kementerian Pertahanan. Diterima oleh Kapuskod Baranahan Kementerian Pertahanan Laksma TNI. Yos Sumiarsa. Selanjutnya secara simbolis diserahkan kepada TNI AL. Diterima oleh Aslog KASAL Laksma TNI. Puguh Santoso.
“Dengan selesainya proyek FFBNW ini, maka KRI I Gusti Ngurah Rai-332 siap dioperasikan sesuai dengan fungsi asasinya sebagai kapal kombatan,” kata Yos Sumiarsa dalam keterangan resminya.
Penyerahan dilakukan setelah melalui rangkaian uji coba dan telah memenuhi persyaratan. Ada 4 segmen pengerjaan yaitu persiapan, pemasangan (install), integrasi sistem dan pengujian, serta sea acceptance test (SAT) dan delivery.
Sementara Nama KRI I Gusti Ngurah Rai-332 diambil dari nama Pahlawan Nasional asal Bali I Gusti Ngurah Rai. Dia memimpin pasukan Ciung Wanara melakukan pertempuran terakhir. Melawan serdadu Belanda pada 20 November 1946. Perang itu populer sebagai Puputan Margarana. Dalam pertempuran itu, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya gugur sebagai kusuma bangsa.
Dengan nama tersebut KRI I Gusti Ngurah Rai-332 diharapkan, freegat kombatan itu mewarisi ruh pantang menyerah dan keberanian I Gusti Ngurah Rai dalam mempertahankan wilayah NKRI. (rim)