
Bongkah.id – Setiap tanggal 6 Juni, ingatan bangsa ini kembali pada sosok yang tak tergantikan, Ir. Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Tapi di tengah peringatan nasional yang kerap memusat pada Blitar atau Surabaya, di Jombang, Jawa Timur, seorang pemerhati sejarah terus menyuarakan keyakinannya yang berbeda.
Adalah Arif Yulianto, akrab disapa Cak Arif, sosok yang sejak tahun 2018 mengangkat kembali narasi bahwa Bung Karno sebenarnya lahir di Ploso, Jombang, tepatnya di sebuah rumah kecil di gang buntu di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Sebuah klaim yang perlahan namun pasti mulai menemukan jejak pembenarnya.
“Jadi awalnya data yang terkumpul adalah data yang berasal dari pihak ayah kandung Bung Karno yakni, Raden Soekeni Sosrodiharjo,” kata Cak Arif saat ditemui pada Jumat (6/6/2025), bertepatan dengan hari kelahiran Bung Karno.
Cak Arif, yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Jombang, tidak berbicara tanpa dasar. Ia telah mengumpulkan berbagai dokumen dan cerita tutur dari berbagai pihak. Salah satu data yang ia temukan adalah SK tugas Raden Soekeni Sosrodiharjo sebagai mantri guru Sekolah Ongko Loro Ploso tertanggal 28 Desember 1901 — sebuah catatan resmi yang menunjukkan kehadiran Raden Soekeni di Ploso sebelum Bung Karno lahir.
“Kemudian ada tulisan tangan Raden Soekeni yang menyatakan, Bung Karno lahir 6 Juni 1902. Kemudian ada pula data dari register pendaftaran Bung Karno di THS/ITB, yang menuliskan Raden Soekarno lahir 6 Juni 1902,” bebernya.
Namun, jejak tidak hanya ditemukan dalam dokumen. Cerita-cerita lisan dari keluarga ayah angkat Bung Karno, RM. Soerati Soemosewojo dari Ndalem Pojok, Wates, Kediri, juga memperkaya narasi ini.
“Yang memegang bayi Soekarno usai lahir adalah Mbah Suro atau Kek Suro, dan yang mengubur ari-ari adalah Sumo Jani,” tutur Cak Arif.
Nama-nama ini, kata dia, memang ditemukan di wilayah Jombang. “Mbah Suro atau Kek Suro adalah orang Kabuh Jombang. Nama lengkapnya, Mas Kiai Suro Sentono,” tandasnya.
Seiring waktu, dukungan terhadap penelusuran ini pun bertambah. Sejumlah peneliti dan pemerhati sejarah lain seperti Binhad Nurrohmat ikut menelusuri jejak yang sama.
“Menemukan makam Mbok Suwi dan Mbok Supiyah yang merupakan orang-orang yang mengasuh Bung Karno kecil saat tinggal di Ploso, juga menemukan makam Mbah Joyo Dipo, teman bermain Soekarno, serta sejumlah data lainnya,” urai Cak Arif.
Tak berhenti di sana, lokasi sekolah Bung Karno saat kecil pun diduga kuat berada di sekitar terminal Ploso saat ini. Foto-foto langka yang mengaitkan Bung Karno dengan Ploso pun turut ditemukan, menambah bobot argumentasi sejarah ini.
Tahun 2024, TACB Jombang telah menerbitkan rekomendasi agar situs kelahiran Bung Karno di Ploso ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat kabupaten. Bagi Cak Arif, ini bukan sekadar soal tempat, melainkan soal warisan sejarah yang harus diakui dan dijaga.
“Saya berharap, publik makin yakin dengan sejarah ini. Dan kita juga berharap Bupati Jombang dapat segera menetapkan situs kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang ini sebagai cagar budaya,” pungkasnya dengan harap. (Ima/sip)






























