Petugas saat memeriksa kendaraan saat sosialisasi program zero over loading dan over dimensi di Jombang, Rabu (4/6/2025). Bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Petugas saat memeriksa kendaraan saat sosialisasi program zero over loading dan over dimensi di Jombang, Rabu (4/6/2025). Bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Deretan truk besar terlihat berbaris di pinggiran Jalan Raya Basuki Rahmad Jombang, Jawa Timur. Di balik kaca yang buram oleh debu perjalanan, para sopir menatap petugas lalu lintas yang menghampiri dengan map-map berisi kertas. Bukan tilang, bukan juga teguran biasa. Itu adalah surat. Bukan untuk mereka, tapi untuk disampaikan kepada sang pemilik kendaraan.

Surat itu bukan sekadar lembaran kertas, melainkan bentuk nyata dari upaya penyelamatan terhadap keselamatan sopir, pengguna jalan lain, dan infrastruktur yang setiap hari mereka lalui bersama.

ads

Satlantas Polres Jombang bersama Dishub, Jasa Raharja, Bapenda, dan DSPM sedang menggelar sosialisasi nasional bertajuk Indonesia Menuju Zero Overload dan Overdimensi.

“Para sopir kami kasih surat, untuk disampaikan ke pemiliknya. Karena sering kali mereka hanya mengemudikan apa yang diperintah, tapi tak punya kuasa atas isi truk mereka,” ujar Iptu Rita Puspita Sari, Kasatlantas Polres Jombang, saat ditemui di lokasi kegiatan, Rabu (4/6/2025).

Sosialisasi ini bukan tanpa alasan. Masih banyak kendaraan yang kelebihan muatan atau dimodifikasi dimensinya di luar batas wajar. Truk seperti itu bukan hanya merusak jalan, tapi juga menjadi bom waktu di jalan raya mudah oleng, mudah celaka. Selain itu, kendaraan berat berjalan lambat dan menyumbang kemacetan serta pemborosan bahan bakar yang tidak sedikit.

“Kami beri waktu sampai 31 Juni. Lalu tanggal 1 sampai 13 Juli, kami mulai beri peringatan di lapangan. Setelah itu, ya, terpaksa kami ambil tindakan tegas,” tegas Iptu Rita.

Sementara itu, di balik sisi teknis, Dinas Perhubungan pun tak tinggal diam. Kepala Dishub Jombang, Budi Winarno, menyebut bahwa pelanggaran overload dan overdimensi sebenarnya bisa dilacak sejak uji KIR.

“Dari data uji KIR itu sudah kelihatan, panjang kendaraan, tinggi, jarak antarsumbu. Tapi faktanya, masih banyak yang tidak sesuai. Realitas di lapangan memang tidak selalu patuh,” kata Budi.

Namun ada satu hal yang menarik dari kegiatan hari itu, suara para sopir. Meski tak banyak bicara, mereka menerima surat itu dengan tenang. Sebagian menyelipkannya di bawah jok, sebagian lain melipatnya rapi, akan diserahkan ke bos mereka malam nanti.

Bagi mereka, mungkin surat itu adalah bentuk baru dari harapan. Harapan bahwa jalan yang mereka tempuh setiap hari akan lebih aman. Bahwa kendaraan yang mereka bawa tak lagi membawa beban berlebihan. Dan bahwa mereka, akhirnya, tak lagi hanya sekadar pengemudi, tapi juga bagian dari solusi. (Ima/sip)

52

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini