
Bongkah.id – Awan kelabu menggantung di langit Dusun Jarak Santren, Desa Jarak Kulon, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Gerimis mulai turun perlahan, membasahi pematang sawah yang sedang digarap. Di antara rintik hujan dan tanah basah, seorang ibu dan anaknya tengah beraktivitas seperti biasa.
Jamilatun (64) tak pernah menyangka, sore itu akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan sang putra, Adi Priyanto (29), seorang karyawan swasta yang juga membantunya menggarap sawah. Mereka berdua berangkat sekitar pukul 15.00 WIB, seperti hari-hari sebelumnya. Hujan kecil tidak menghentikan langkah mereka.
“Sore itu sekitar jam tiga, saya sama anak saya ke sawah. Habis itu gerimis. Saya ajak anak saya berteduh ke rumah dekat sawah, tapi dia nggak mau,” cerita Jamilatun dengan suara lirih, matanya tampak sembab, Minggu (1/6/2025).
Ia sempat berulang kali mengingatkan sang anak untuk berhenti sejenak dan mencari tempat aman. Namun, Adi tetap berada di lahan, melanjutkan pekerjaannya di tengah cuaca yang mulai tak bersahabat.
Tak berselang lama, langit memekik dengan suara petir yang menggelegar. Kilat menyambar, membelah udara sore itu. Jamilatun yang sedang berteduh sontak panik saat melihat sosok manusia terpental tak jauh dari sawah tempat anaknya berada.
“Nggak lama ada petir, saya lihat ada orang terpelanting,” ucapnya dengan napas tercekat.
Ia berlari sekuat tenaga, menerobos gerimis dan genangan tanah basah, berharap yang ia lihat bukan putranya. Tapi harapan itu sirna. Adi ditemukan tergeletak di aliran sungai, tubuhnya sudah tak bergerak.
“Pas saya cari, ternyata anak saya sudah di sungai, nggak bergerak. Waktu itu langsung saya bawa pulang,” tambah Jamilatun dengan suara nyaris tak terdengar.
Warga sekitar yang mendengar kabar itu langsung berdatangan ke rumah duka. Suasana duka menyelimuti Dusun Jarak Desa, tempat keluarga kecil itu tinggal.
Kanit Reskrim Polsek Jogoroto, Aiptu Agus menjelaskan, pihaknya masih melakukan penyelidikan, namun dugaan kuat mengarah pada sambaran petir sebagai penyebab kematian Adi Priyanto. “Masih proses,” singkatnya.
Peristiwa ini menjadi peringatan pahit bagi warga sekitar akan bahaya cuaca ekstrem, terutama saat berada di area terbuka seperti persawahan.
Sementara itu, Jamilatun hanya bisa menyimpan kenangan terakhir bersama putranya, di sebuah sawah yang kini menjadi saksi bisu perpisahan mereka. (Ima/sip)