bongkah.id – Ruang Malahayati di Rutan Perempuan Kelas II A Surabaya, menjadi marak, Sabtu (27/12/2025). Bukan suara pintu sel atau derap langkah petugas yang mendominasi, melainkan tawa, tepuk tangan, dan adu cepat menjawab pertanyaan.
Di ruangan itu, para petugas rutan duduk berhadap-hadapan, bukan untuk tugas pengamanan, melainkan menguji pemahaman mereka tentang integritas dan reformasi birokrasi.
Momentum yang berlangsung meriah itu hadir melalui kompetisi Cerdas Cermat yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Ibu di Rutan setempat.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat fondasi pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
Kompetisi dirancang sebagai ruang belajar bersama. Enam area perubahan reformasi birokrasi menjadi materi utama yang diujikan, mulai dari nilai-nilai integritas, budaya kerja aparatur, strategi pencegahan korupsi, hingga standar pelayanan publik.
Setiap pertanyaan menuntut bukan hanya hafalan, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana prinsip tersebut diterapkan dalam keseharian tugas.
Kepala Rutan Perempuan Kelas IIA Surabaya, Yuyun Nurliana, menyebut cerdas cermat ini sebagai cara sederhana namun efektif untuk menanamkan nilai Zona Integritas secara lebih membumi.
“Cerdas cermat ini menjadi pemantik semangat bagi seluruh jajaran untuk memahami pembangunan Zona Integritas secara utuh. Kami ingin setiap pegawai tidak hanya mengenal jargon, tetapi benar-benar menghayati dan menerapkan esensi ZI dalam pelaksanaan tugas,” ujar Yuyun.
Sepanjang kegiatan, antusiasme peserta terasa nyata. Setiap soal disambut diskusi singkat, bisik-bisik strategi, hingga ekspresi lega saat jawaban dinyatakan benar. Nuansa kompetitif berjalan beriringan dengan suasana cair, mencerminkan semangat belajar yang tumbuh dari kebersamaan.
Bagi sebagian peserta, ajang ini menjadi pengingat bahwa reformasi birokrasi bukan sekadar target administratif, melainkan proses panjang yang membutuhkan keterlibatan seluruh pegawai.
Nilai integritas dan pelayanan publik, yang sering terdengar dalam sosialisasi formal, diuji kembali melalui pertanyaan-pertanyaan praktis dan kontekstual. Secara tidak langsung, kegiatan ini membangun kesadaran kolektif bahwa keberhasilan Zona Integritas tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pimpinan, tetapi oleh konsistensi perilaku setiap individu di dalam organisasi.
Dari cara melayani, bersikap profesional, hingga menjaga kepercayaan publik.
Kompetisi ditutup dengan penyerahan hadiah kepada para peserta terbaik. Apresiasi itu menjadi penanda bahwa upaya membangun birokrasi yang bersih dan melayani juga membutuhkan ruang penghargaan dan motivasi.
Di akhir acara, Aula Malahayati kembali hening. Namun semangat yang tersisa diharapkan tetap hidup, menjadi bekal Rutan Perempuan Kelas IIA Surabaya dalam melangkah menuju WBK dan WBBM, dengan integritas sebagai fondasi utamanya. (anto)


























