Warga dan anggota DPRD Sidoarjo berembug tanah makam di tengah lingkungan perumahan.

bongkah.id – Di Perumahan Istana Mentari, Cemeng Kalang, Sidoarjo, Jawa Timur, ketenangan lingkungan mendadak terusik. Sebuah makam yang muncul di tengah kawasan hunian membuat sebagian warga merasa tak lagi nyaman.

Jalan yang biasa dilalui anak-anak dan para ibu kini dilewati dengan langkah lebih cepat, bahkan dihindari saat senja datang.

ads

Pemakaman salah seorang warga perumahan itu berubah menjadi polemik. Bukan karena penolakan terhadap prosesi pemakaman, melainkan karena lokasinya yang berada di dalam area hunian. Sejumlah keluarga mengaku waswas, terutama para ibu yang setiap hari beraktivitas melintasi area tersebut.

Keresahan itu disampaikan langsung kepada Anggota DPRD Sidoarjo, H Usman, yang hadir menemui warga. Pertemuan berlangsung dalam suasana penuh keprihatinan.

Warga bergantian menyampaikan kegelisahan mereka, tentang bagaimana perumahan yang selama ini menjadi ruang aman bagi keluarga, kini terasa berbeda sejak keberadaan makam tersebut.

Bagus, perwakilan warga, menceritakan awal mula pemakaman itu terjadi. Menurutnya, pihak keluarga almarhum semula berencana memakamkan jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Kelurahan Cemeng Kalang. Namun rencana tersebut tidak mendapatkan izin karena status kependudukan almarhum masih tercatat sebagai warga Lampung.

“Almarhum meninggal Minggu (14/12/2025) sore. Pemakaman baru dilakukan keesokan harinya karena menunggu keluarga dari Jeddah. Kami sudah berusaha agar bisa dimakamkan di TPU, tapi tetap tidak diizinkan,” tutur Bagus.

Dalam kondisi waktu yang mendesak dan pilihan yang terbatas, keluarga akhirnya memakamkan jenazah di lahan kosong milik developer perumahan. Keputusan itu disebut telah mendapat persetujuan dari pihak pengembang dan ketua RW. Namun langkah yang diambil untuk mengatasi situasi darurat tersebut justru memunculkan persoalan baru di lingkungan warga.

Polemik ini kemudian dibahas dalam pertemuan yang melibatkan ketua RT, RW, tokoh masyarakat, dan developer pada Senin malam (22/12/2025). Dalam forum tersebut, pihak pengembang menjelaskan bahwa perubahan siteplan telah diusulkan mengikuti arahan Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), dengan lahan seluas 168 meter persegi dialihkan sebagai area makam.

Penjelasan itu belum sepenuhnya meredakan kegelisahan. Sejumlah ibu-ibu mengaku masih merasa takut ketika harus melintas di sekitar lokasi makam, terutama saat malam hari.

“Kami hanya ingin lingkungan yang nyaman, seperti dulu. Ada rasa takut kalau lewat sana,” ujar salah satu warga.

Mendengar berbagai keluhan tersebut, H Usman menegaskan bahwa kehadirannya adalah untuk mendengar dan mencari jalan keluar terbaik bagi semua pihak.

“Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Yang penting dibicarakan dengan baik dan tetap dalam koridor aturan. DPRD akan mengundang semua pihak untuk mencari solusi terbaik,” kata Usman.

Polemik makam di Istana Mentari kini menunggu titik temu. Di tengah deretan rumah yang dibangun untuk rasa aman dan kebersamaan, warga berharap lingkungan mereka kembali menjadi tempat yang menenangkan, sebagai ruang hidup yang nyaman bagi semua penghuninya. (anto)

5

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini