Ilustrasi narsis
Ilustrasi narsis

Bongkah.id – Orang yang suka memamerkan dirinya di media sosial (medsos) secara berlebihan, bisa dikatakan termasuk narsis.

Namun secara psikologis, narsis berbeda makna dan bahkan bisa berkembang menjadi gangguan jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.

ads

Meski terlihat sepele, dorongan terus-menerus untuk tampil dan mendapatkan validasi publik bisa berdampak pada kesehatan mental.

Bahkan, dalam dunia psikologi, perilaku semacam ini bisa mengarah pada gangguan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Menurut Psikolog Bipi Consulting, Arnita seperi dinukil dari sindinews, secara psikologis, narsis merujuk pada perilaku mencintai diri sendiri secara berlebihan hingga meragukan penilaian positif dari orang lain.

Orang yang narsis kerap merasa dirinya paling benar dan hebat, yang mana pengakuan atas kehebatannya hanya boleh datang dari dirinya sendiri.

Salah kaprah umum yang sering terjadi adalah menyamakan narsis dengan percaya diri. Padahal, keduanya sangat berbeda. Kepercayaan diri lahir dari pencapaian nyata, kerja keras, dan rasa syukur atas hasil yang diraih, serta tetap menghargai orang lain dalam prosesnya.

Narsisme Berkembang Menjadi Gangguan Kepribadian

Narsistik bukan sekadar kebiasaan pamer atau ingin tampil sempurna. Jika terus berlanjut, sifat ini bisa berubah menjadi NPD, sebuah kondisi psikologis yang membuat seseorang memiliki pandangan tidak realistis terhadap kehebatan dirinya. Berikut ciri-cirinya.

1. Merasa dirinya paling penting.

2. Merasa dirinya hebat, meskipun tanpa prestasi.

3. Membual tentang kehebatan dirinya di segala bidang.

4. Menganggap dirinya hanya bisa dimengerti oleh orang tertentu saja.

5, Haus akan pujian. Contoh di media sosial adalah jika mereka memasang foto (baik foto sedang bergaya atau foto sedang beraktivitas), mereka ingin dikomentari dengan pujian atau di like sebanyak-banyaknya.

6. Memiliki jiwa oportunis.

7. Tidak memiliki rasa empati sama sekali.

8. Bersikap cemburu dan iri terhadap orang lain, dan menganggap orang lain juga bersikap begitu terhadap dirinya.

Meskipun begitu, tidak semua perilaku narsistik langsung menandakan gangguan jiwa. Namun, jika sudah mengganggu kehidupan sosial dan emosional, kondisi ini perlu penanganan psikologis yang tepat agar tidak berkembang menjadi masalah kejiwaan serius. (snd/sip)

3

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini