Ilustrasi
Ilustrasi

Bongkah.id – Bagi mereka yang lahir dengan weton Wage, malam Satu Suro bukan sekadar malam pergantian tahun Jawa. Ia adalah malam sakral, saat tirai antara alam kasat mata dan dunia gaib diyakini menipis. Dan bagi pemilik weton Wage, malam ini menyimpan lebih dari sekadar hening: ia membawa getaran halus yang harus dihormati dengan sikap waspada dan batin yang bersih.

Berikut beberapa pantangan yang secara turun-temurun dijaga oleh pemilik weton Wage saat malam satu Suro:

ads

Tidak Keluar Rumah Setelah Maghrib

Konon, malam satu Suro adalah saat para leluhur dan makhluk halus berkelana. Bagi weton Wage yang dikenal memiliki aura sunyi dan menarik energi halus, keluar rumah pada malam ini dikhawatirkan bisa “ketempelan” atau disapa roh gaib. Lebih baik berada di dalam rumah, menyalakan penerangan secukupnya, dan menyepi dengan doa.

Tidak Mandi di Sungai atau Sendang

Air dipercaya sebagai media pemurnian spiritual, tapi pada malam Suro, apalagi bagi Wage mandi di sungai dianggap berisiko. Energi halus yang kuat bisa mengganggu keseimbangan diri, apalagi jika mandi tanpa tujuan ritual yang jelas. Jika ingin bersuci, cukup dengan air dari rumah dan niat yang bersih.

Menjauhi Keramaian dan Hiburan Berlebihan

Wage adalah lambang ketenangan dan kontemplasi. Maka berpesta, menyalakan musik keras, atau bergembira berlebihan saat malam satu Suro dianggap tak selaras dengan getaran waktu. Bagi yang lahir Wage, lebih utama mengisinya dengan tirakat, dzikir, atau doa diam.

Tidak Menyampaikan Hajat Besar atau Memulai Rencana Penting

Dalam kepercayaan Jawa, malam Suro bukan waktu yang baik untuk memulai. Terutama bagi weton Wage, yang cenderung “nyimpen” energi. Menyampaikan hajat besar, meminang, atau memulai bisnis baru di malam ini justru diyakini akan menemui jalan berliku atau berbalik arah.

Hindari Konfrontasi atau Pertengkaran

Wage yang jatuh di malam Suro bisa menjadi pemicu aura panas jika tidak dikendalikan. Maka hindari perdebatan, marah, atau pertengkaran. Jika emosi muncul, lebih baik diam dan menyendiri. Malam ini adalah waktu untuk menundukkan diri, bukan meninggikan suara.

Malam satu Suro dan weton Wage adalah dua energi yang sama-sama kuat dalam kesenyapan. Bila disikapi dengan rendah hati, keduanya bisa menjadi jalan pembuka pemahaman spiritual. Tapi bila dilanggar, masyarakat Jawa percaya akan ada “bayarannya” entah dalam bentuk gangguan batin, sakit berkepanjangan, atau rezeki yang tersumbat.

Satu Suro adalah malam untuk mengingat. Dan Wage adalah weton untuk merenung. Maka, jika keduanya bertemu, diam adalah ibadah. Sunyi adalah pelindung. (ima/sip)

55

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini