“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.” (Surat Maryam ayat 56-57).
by Rachmat Abd. Faqih/bongkah.id
DALAM Al-Quran, nama Nabi Idris disebutkan dua kali. Namun, kisahnya tidak diceritakan. Kisahnya bertebaran dalam hadits, riwayat para Rasul, dan Nabi. Juga, pendapat ulama. Sementara dalam kisah 25 nabi dalam Islam, nama Nabi Idris ditempatkan di urutan kedua. Setelah Nabi Adam dan sebelum Nabi Nuh.
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam. Putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Shiyth bin Adam a.s. Beliau merupakan keturunan pertama yang diutus menjadi nabi, setelah Adam dan Shiyth. Menurut kitab tafsir, beliau hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat. Nabi Idris juga kakek buyut Nabi Ibrahim atau ayah kakek dari Nabi Nuh. Nama Nabi Idris sebelumnya adalah Ukhnuh. Mendapat nama panggilan Idris, karena kebiasaannya menderas kitabullah.
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan, Nabi Idris tak henti bertasbih tiap melakukan perbuatan baik mulai menjahit maupun menulis. Ibnu Ishaq menyatakan, Idris adalah orang pertama yang mengenalkan tulis-menulis menggunakan pena, menjahit baju dan memakainya, dan manusia yang mengerti masalah medis. Tak hanya itu, Idris merupakan orang pertama yang meneliti pergerakan bintang, juga menetapkan berat dan ukuran. Sebagaimana termaktub dalam Surat Al ‘Alaq: 4-5
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ
Artinya: (Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam). Orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris as. (Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.
Nabi Idris diriwayatkan tak henti beribadah siang dan malam sampai orang lain kesulitan utk menggambarkan giatnya ibadah Nabi Idris, bahkan malaikat maut Izrail pun rindu ingin bertemu dengan Nabi Idris.
Nabi Idris diutus Alloh SWT untuk berdakwah di kawasan Babilonia, Irak kuno. Namun beliau dan beberapa pengikutnya hijrah ke Mesir, karena umatnya di Babilon tidak mau beriman.
Dalam beberapa riwayat dan hadits, Nabi Idris tersurat belum pernah mengalami kematian saat hidupnya di dunia. Mendapat kharamah seperti Nabi Isa AS. Namun, mempunyai kisah dan keadaan yang berbeda. Tentang Nabi Isa dalam versi kita kaum muslimin, putra Siti Maryam itu diangkat Alloh ke langit saat pasukan kaum Yahudi berhasil menemukan tempat persembunyiannya bersama para sahabat beliau kaum Hawariyyun. Selanjutnya, Alloh menyerupakan wajah muridnya Yudas Iskariot menyerupai wajah Nabi Isa. Yudas tertimpa karma Alloh itu, karne berkhianat pada Nabi Isa. Menunjukkan persembunyian Nabi Isa kepada kaum Yahudi. Dan Yudas Iskariot inilah yang ditangkap, disalib, kemudian dibunuh oleh orang-orang Yahudi.
Sementara takdir Nabi Idris naik ke langit dan bertempat tinggal di langit keempat, berawal silahturahim Malaikat Maut, Izrail. Memenuhi keinginannya bersahabat dengan Nabi Idris. Terpikat oleh keindahan dan cemerlangnya amalan Nabi Idris yang diangkat ke langit. Nabi Idris AS mempunyai amalan berpuasa setiap harinya sepanjang masa, dan berdiri untuk shalat sepanjang malam, setelah waktu berbukanya, hingga matahari terbit.
Karena itu, Izrail memohon kepada Alloh untuk mengabulkan doanya itu. Bersilahturahim pada Nabi Idris di dunia. Alloh pun mengabulkan. Sebelum turun ke bumi, Izrail menjelma menjadi manusia. Sesampai di bumi, Izrail langsung bertamu ke rumah Nabi Idris. Di depan pintu rumah, Izrail mengucap salam. Setelah diijinkan masuk, Izrail langsung duduk di sebelah Nabi Idris.
Karena tidak mengetahui jika tamunya itu Malaikat Izrail. Dia duga manusia biasa seperti kebanyakan tamu beliau. Sehingga Nabi Idris bertanya, “Apakah engkau mempunyai keperluan dengan aku?”
Izrail berkata, “Tidak, aku hanya ingin menemani engkau jika diijinkan!!”
Nabi Idris mengijinkannya dan beliau meneruskan aktivitas pekerjaan. Sebagian riwayat menyebutkan, pekerjaan beliau adalah seorang penjahit. Setelah tiba waktu berbuka, datang malaikat membawa hidangan surga. Nabi Idris menghadapi hidangan itu sambil berkata kepada tamunya, “Marilah makan bersamaku!!”
Tentu saja Izrail tidak memerlukan makanan-makanan itu. Izrail menolak dan mempersilahkan Nabi Idris berbuka. Makan sendiria. Usai berbuka, Nabi Idris langsung meneruskan beribadah, seperti biasanya. Berdiri untuk shalat sepanjang malam itu. Sementara Izrail tetap duduk tempatnya, seperti sebelumnya. Saat matahari terbit, Nabi Idris mengakhiri ibadah shalatnya. Dia keheranan. Tamu yang ditinggalkan untuk shalat itu, ternyata masih saja duduk sitempatnya, seperti sebelumnya.
Pada pagi hari seperti itu biasanya Nabi Idris mulai bekerja menjahit. Tetapi hari itu memutuskan tidak bekerja.sebab ia mempunyai tamu yang dalam sehari-semalam ini hanya duduk menemaninya. Nabi Idris kemudian bertanya, “Wahai Tuan, apakah tuan bersedia berjalan-jalan bersamaku. Sehingga engkau merasa senang?”
Sesaat kemudian, Izrail menjawab, “Baiklah!!”
Mereka berdua berjalan, hingga sampai pada suatu ladang, Izrail berkata, “Apakah engkau mengijinkan aku mengambil beberapa tangkai dari tanaman ini. Untuk makanan kita berdua??”
“Subkhanallah,” Kata Nabi Idris, “Kemarin aku mengajak makan, tetapi engkau menolak makanan yang jelas halalnya. Tetiba hari ini engkau ingin makan dari yang haram!!”
Malaikat Izrail hanya tersenyum mendengar jawaban itu. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Terus berjalan hingga empat hari lamanya. Setiap kali masuk waktu berbuka, datang malaikat membawa hidangan untuk Nabi Idris. Setiap kali beliau mengajak makan hidangan surga itu, Malaikat Izrail selalu menolak. (bersambung)