Ilustrasi bola bekel. Istimewa
Ilustrasi bola bekel. Istimewa

Bongkah.id – Siapa di sini yang dulu suka main bekel? Permainan simpel yang cuma butuh bola kecil dan biji-bijian logam ini ternyata punya cerita panjang, lho. Dari yang dulunya dipakai buat ramalan nasib, sekarang jadi salah satu permainan anak paling ikonik di Indonesia.

Awalnya, bekel dimainkan bukan pakai bola karet seperti sekarang, tapi… tulang hewan! Tepatnya tulang pergelangan kaki domba atau kambing. Waktu itu, orang-orang di Asia Tengah dan Timur Tengah pakai tulang ini buat iseng sambil nunggu waktu berlalu—kadang juga buat nebak-nebak nasib. Nama tulangnya astragali, semacam dadu jadul versi zaman purba.

ads

Permainan ini kemudian nyebar ke Eropa karena pengaruh Romawi, terus ikut “nebeng” jalur perdagangan rempah ke Asia Tenggara. Sekitar abad ke-16, permainan ini udah mampir ke Nusantara. Catatan Portugis bahkan sempat menyebut permainan tulang di Malaka yang mirip banget sama versi Belanda, namanya bikkelen.

Pas masa kolonial Belanda, permainan ini makin populer. Nama bikkelen pun berubah jadi bekel dalam bahasa Indonesia. Waktu itu, anak-anak udah mulai ganti tulang dengan biji logam atau kerang. Dan sekitar awal tahun 1900-an, bola karet mulai dipakai karena produksi karet di Indonesia lagi booming.

Tahun 1930-an, bekel jadi permainan hits di sekolah-sekolah, baik anak-anak Belanda maupun pribumi. Uniknya, tiap daerah punya versi sendiri. Versi Belanda mainnya pakai 5 biji, versi Jawa pakai 7, sementara versi Melayu diselingi nyanyian. Di Solo malah ada yang pakai pecahan gerabah buat bijinya.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah sempat dorong permainan tradisional, termasuk bekel. Bahkan ada buku panduan main bekel dari Depdikbud tahun 1982 yang isinya lengkap banget, sampai 12 langkah standar bermain bekel!

Menariknya lagi, bekel ini nggak cuma seru dimainkan, tapi juga bermanfaat buat anak-anak. Penelitian bilang permainan ini bisa melatih motorik halus, koordinasi mata dan tangan, berhitung, sampai melatih konsentrasi dan kesabaran.

Sekarang, walaupun anak-anak lebih sering main game di gadget, bekel tetap eksis. Di Juwana, Jawa Tengah, masih ada pengrajin yang bikin biji bekel dari kuningan. Dan di luar negeri, permainan serupa juga ada, lho—jacks di Amerika-Inggris, osso di Italia, atau gundu di Turki.

Siapa tahu, bekel bisa jadi tren lagi. Lagian, nggak butuh colokan, hemat kuota, dan bikin kita lebih aktif. (sip)

5

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini