Bongkah.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang mengevaluasi jumlah siswa baru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang berada di daerah pinggiran. Salah satu faktor penyebab disinyalir karena kurangnya perhatian dari pemerintah sehingga membuat peserta didik kurang antusias.
Kepala Disdikbud Jombang, Senen, mengakui, kurangnya sarana dan prasana pendidikan di sekolah menyebabkan siswa baru maupun orang tua enggan menyekolahkan anaknya di situ. Namun tidak hanya itu, menurutnya, faktor penyebab lain adalah jarak yang ditempuh dari permukiman warga ke sekolah dianggap jauh.
Karena faktor inilah, lanjut Senen, pihaknya, mendirikan sekolah satu atap di setiap Kecamatan daerah pinggiran. Seperti SMPN Jipurapah dan SMPN Jarak, Kecamatan Wonosalam.
“Sekolah satu atap di dirikan dengan alasan agar bisa memfasilitasi program wajib belajar 9 tahun di daerah-daerah terpencil,” ujar saat dikonfirmasi. Rabu (19/7/2023).
Dikatakan Senen, jumlah siswa yang minim pada setiap SMPN di daerah terpencil itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menggabungkan dua sekolah menjadi satu. Misalnya SMPN Jipurapah dan SMPN Jarak, Kecamatan Wonosalam yang jaraknya berjauhan.
“Lokasinya sama-sama diujung Desa, jadi tidak mungkin digabung dengan yang lain,” jelas Senen.
Diberitakan sebelumnya, terdapat empat SMP Negeri di Kabupaten Jombang kekurangan siswa baru yakni di SMPN Jarak, Kecamatan Wonosalam, SMPN 2 Wonosalam, SMPN 1 Plandaan, SMPN Pengampon, Kecamatan Kabuh.
Baca: Empat SMPN di Jombang Kekurangan Siswa Baru
Selain itu, Disdikbud juga mendorong tenaga pendidik di wilayah terpencil untuk memperbaiki kualitas belajar mengajar. Aspek kualitas dan kredibilitas guru dinilai akan menarik antusias siswa untuk belajar.
“Meski mendapat siswa sedikit jika kualitas belajar lebih baik maka akan menjadi daya tarik masyakarat sekitar walaupun jarak sekolah jauh,” pungkasnya. (ima)