Prof. Dr. Agung Purniawan, S.T., M. Eng. (berdiri), dosen pembimbing mahasiswa KKN Jurusan Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Industri ITS dan Ketua RT 06 RW IV Rungkut Menanggal Harapan Yudi Evriyanto SKM., M. Kes.

bongkah.id – ‎Kampung Organik, sebuah kawasan percontohan pengelolaan sampah terpadu yang memberi manfaat langsung bagi warga, mulai dibentuk di Rungkut Menanggal Harapan, Surabaya.

‎‎Upaya membangun ketahanan pangan berbasis komunitas ini digerakkan dari lingkup terkecil, yakni RT 06 RW IV Kelurahan Rungkut Menanggal, Kecamatan Gunung Anyar.

ads

‎‎Ketua RT 06 RW IV, Yudi Evriyanto, SKM., M.Kes., menjelaskan bahwa Kampung Organik bukan sekadar program pengolahan sampah, tetapi inovasi berkelanjutan yang menghubungkan pengurangan sampah rumah tangga dengan produksi bahan pangan.

‎“Kampung Organik adalah kampung yang berkecimpung dalam inovasi pengelolaan sampah menuju ketahanan pangan berbasis komunitas,” ujar Yudi.

‎‎Program ini merupakan kolaborasi warga RT 06 dengan tim pengabdian masyarakat dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknik Industri ITS, terdiri atas 10 mahasiswa angkatan 2023 semester lima, dipimpin Prof. Dr. Agung Purniawan, S.T., M.Eng.

‎‎Pengabdian masyarakat yang menjadi implementasi Kuliah Kerja Nyata ini berlangsung selama enam bulan, dari Juli hingga Desember 2025, terpusat di fasilitas umum RT.

‎‎Yudi memaparkan bahwa menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, setiap hari kota ini menghasilkan lebih dari 1.000 ton sampah, dengan 60 persen di antaranya adalah sampah organik.

‎‎Program Kampung Organik hadir sebagai solusi awal dari tingkat rumah tangga untuk memanfaatkan potensi sampah tersebut. “Apa yang dilakukan civitas akademika ITS ini adalah jalan keluar untuk itu,” ungkap Yudi.

‎‎Melalui program ini, tim bersama warga membangun alur pengolahan sampah organik secara sederhana tetapi efektif. Limbah rumah tangga diolah menjadi pupuk padat dan cair yang kemudian digunakan untuk mengembangkan kebun gizi. Beberapa petak kebun berukuran 3 x 2 meter kini disiapkan di depan Balai RT sebagai ruang produksi pangan warga.

‎‎Setiap dua bulan, para mahasiswa mampu mengolah sekitar 150 kg limbah organik menjadi 90 kg pupuk padat dan 50 liter pupuk cair. Dari kebun gizi, panen kangkung mencapai 216 ikat pada periode yang sama.

‎‎Yudi menggambarkan potensi besar jika pola ini diterapkan secara luas. “Jika 9.000 RT di Surabaya melakukan hal serupa, maka dalam dua bulan Surabaya dapat menghasilkan sekitar 2 juta ikat kangkung,” jelasnya.

‎Puncak kegiatan berlangsung pada 16 November 2025, melalui sosialisasi dan dialog interaktif antara tim ITS, Prof. Agung Purniawan, dan warga RT 06.

‎‎Antusiasme warga menunjukkan kesiapan mereka bergerak bersama mewujudkan Kampung Organik sebagai model kemandirian lingkungan dan pangan.

‎‎Dengan kolaborasi akademisi dan warga yang sinergis, RT 06 Rungkut Menanggal Harapan menegaskan diri sebagai kawasan yang tidak hanya peduli lingkungan tetapi juga mampu menciptakan inovasi yang memberi dampak nyata bagi Surabaya. (kim)

4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini