
bongkah.id – Pekan Wayang Jawa Timur kembali menggeliat. Mulai 17–22 November 2025, Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) menghadirkan rangkaian kegiatan seni yang berpusat pada regenerasi, eksperimentasi, dan penguatan identitas budaya wayang.
Agenda tahunan ini meliputi pembukaan Festival Dalang Muda (FDM) Jawa Timur 2025, pameran wayang di Galeri Prabangkara, pergelaran delapan dalang kolaboratif, pementasan wayang khas Jawa Timuran, hingga penutupan dengan Wayang Orang.
Ketua Pepadi Jawa Timur, Sinarto, menegaskan bahwa tantangan terbesar para dalang muda hari ini bukan lagi soal kreativitas teknis, melainkan bagaimana memenangkan perhatian publik di tengah derasnya arus hiburan digital. Namun kekhawatiran itu justru ditepis oleh fakta di lapangan.
“Kalau kita melihat TikTok atau YouTube, pergelaran wayang justru makin ramai. Penonton kini menyesuaikan imajinasinya dengan zamannya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa wayang tetap menjadi warisan dunia yang memuat nilai estetika, filosofi, dan moral yang relevan lintas generasi.
Festival Dalang Muda 2025 menjadi arena pembuktian kemampuan generasi baru. Dari lebih 50 peserta yang mengirimkan video seleksi, hanya 30 dalang terbaik yang lolos tampil.
Mereka akan dinilai oleh pengamat profesional dan diwajibkan menguasai seluruh unsur pakeliran, termasuk iringan tanpa membawa tim pengrawit sendiri, sebuah tantangan yang menuntut ketajaman musikal sekaligus ketegasan sabet.
“Seorang dalang itu sutradara. Ia harus menguasai lakon, iringan, sastra, sabet, bahkan wawasan politik dan filsafat kehidupan,” tegas Sinarto.
Sementara itu, Bambang Dwi Sumanto, Kepala Seksi Dokblis Seni Budaya TBJT, memaparkan rangkaian agenda harian yang padat. Tanggal 17 dimulai dengan pembukaan FDM dan pameran wayang.
Tanggal 18–19 menjadi panggung kompetisi dalang muda dari berbagai gaya, termasuk Gaya Surakarta, Gaya Jawa Timuran, dan Gaya Banyumasan. Tanggal 20 menghadirkan pertunjukan kolaboratif delapan dalang.
Selanjutnya disusul pergelaran Wayang Jawa Timuran pada 21 November, dan ditutup Wayang Orang pada 22 November. Malam terakhir juga menjadi ajang penganugerahan nominasi bagi peserta terbaik.
Perbedaan gaya antara wayang Jawa Timur dan Jawa Tengah juga menjadi bagian penting dari apresiasi publik. “Bahasa, gending, dan tekniknya berbeda, tetapi nilai kemanusiaannya universal: kesetiaan, keberanian, dan kebaikan,” kata Sinarto.
Bambang menambahkan bahwa wayang juga membuka peluang ekonomi kreatif yang luas bagi generasi muda. Mulai dari pembuatan animasi, kerajinan ukiran tokoh wayang, produksi musik pengiring, hingga desain pertunjukan. “Wayang itu inspiratif. Pasarnya ada dan sangat laku,” ujarnya.
Dengan pengakuan UNESCO yang melekat, para pelaku seni memiliki tanggung jawab besar menjaga keberlanjutan warisan leluhur ini.
Melalui Festival Dalang Muda 2025, Jawa Timur menegaskan bahwa tradisi tidak sedang surut tetapi justru tumbuh dalam bentuk baru bersama generasi yang mewarisinya. (kim)




























