Ilustrasi banjir bandang
Ilustrasi banjir bandang

Bongkah.id – Malam yang biasanya tenang di Dusun Tumpakbeji lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri, berubah menjadi kepanikan.

Hujan yang turun sejak Magrib perlahan berubah menjadi malapetaka. Sabtu, 17 Mei 2025 dini hari, banjir bandang menerjang Dusun Tumpakbeji, Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

ads

Salah satu rumah yang diterjang banjir adalah milik Tekat (65), seorang lansia yang dikenal ramah.

Saat air bah datang, ia tengah tertidur di kamarnya. Dinding rumahnya jebol, air menyapu seluruh isi rumah dalam hitungan detik. Tekat hilang, diduga terseret arus deras saat belum sempat menyelamatkan diri.

“Air datang begitu cepat. Tidak ada waktu untuk lari. Kamarnya langsung diterjang, kami hanya sempat berteriak,” kata Sirtomo, kerabat Tekat, dengan suara berat.

Ia menyaksikan dua keponakan Tekat, Putri (22) dan Nanang (25), berlari keluar rumah dengan tubuh basah kuyup dan wajah panik.

Tak hanya rumah, 11 kambing peliharaan Tekat juga raib diseret banjir. Hewan-hewan itu adalah satu-satunya sumber penghidupan yang ia rawat sendiri sejak lama.

Di sisi lain dusun, keluarga Hariyanto (45) juga nyaris menjadi korban. Istri dan anak-anaknya sempat hanyut hingga ke halaman rumah, namun berhasil menyelamatkan diri. Rumah mereka kini porak-poranda, nyaris tak bersisa.

Saat fajar tiba, warga mulai berkumpul. Tanpa dikomando, mereka mulai membersihkan puing-puing, mengangkat lumpur, dan mengevakuasi barang-barang yang tersisa. Suara tangis bersahutan dengan derak kayu dan sekop yang bekerja tak kenal lelah.

“Ini bukan sekadar bencana. Ini luka untuk kami semua,” ujar Hariyanto sambil membersihkan lumpur dari kasur anaknya.

Menurut warga, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Bruni, yang berhulu di Gunung Wilis. Debit air meningkat drastis akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama berjam-jam.

Namun Tumpakbeji bukan satu-satunya yang terdampak. Di wilayah Kecamatan Mojo, sejumlah desa seperti Pamongan, Ngetrep, dan Petungroto dilaporkan mengalami longsor. Kondisi tanah yang labil dan curah hujan tinggi memperparah situasi.

Hingga saat ini, pencarian terhadap Tekat masih berlangsung. Tim gabungan dari warga, aparat desa, dan relawan menyisir aliran sungai dan reruntuhan bangunan dengan harapan masih ada keajaiban yang bisa ditemukan. (sip)

44

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini