Jalan Kunti terkena stigma sebagai kampung narkoba di Surabaya.

bongkah.id – ‎Perang terhadap narkoba kini memasuki babak baru. Dari ruang seminar, gerakan edukasi kini turun langsung ke gang-gang kampung. Salah satu tokoh yang konsisten bergerak di akar rumput adalah Prof. Dr. Siswanto, Ketua Harian  Lembaga Rehabilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bhakti Indonesia (LRPPN-BI) Jawa Timur, yang melakukan penyuluhan dari kampung ke kampung di Surabaya.

‎Kampanye anti narkoba kembali menemukan relevansi kuat setelah temuan 15 siswa SMP di Jalan Kunti posistif narkoba. Jalan Kunti, yang bertahun-tahun menjadi sorotan sebagai “kampung narkoba”, kini dijadikan titik awal pembenahan menyeluruh oleh Pemerintah Kota Surabaya.

‎Prof. Siswanto menegaskan bahwa kampung adalah benteng pertama penyelamatan generasi muda.
‎“Saya tidak ingin hanya bicara di seminar di hotel atau ruang eksklusif. Saya ingin hadir di tempat masalah itu tumbuh,” ujar pakar bakteri hingga memperoleh gelar profesor di Jepang.

‎Melalui forum “Pemuda Prestasi Tanpa Narkoba”, ia rutin menggandeng Karang Taruna dan kelompok pemuda untuk memperkuat wawasan bahaya narkotika, memahami pola distribusi, hingga membangun kesadaran menjaga lingkungan.

‎“Pemuda harus jadi garda depan. Kampung harus jadi zona bersih narkoba,” kata pria yang pernah menjadi wartawan di era 1990-an itu.

‎Gerakan edukasi akar rumput yang ia rintis memperlihatkan dampak signifikan. Banyak warga yang sebelumnya apatis kini mulai melapor, mengawasi, dan terlibat dalam pencegahan. Bahkan rumah rehabilitasi yang ia kelola di Jalan Khairil Anwar Surabaya, Jawa Timur telah menampung korban penyalahgunaan dari berbagai usia, termasuk pengguna dari Kunti.

‎Pos Pantau Terpadu

‎Pada saat yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyiapkan langkah strategis. Ia berencana mendirikan pos pantau terpadu di Jalan Kunti untuk memutus mata rantai peredaran barang haram itu.

‎“Pos terpadu akan dijaga BNN, Satpol PP, dan Pemkot. Ini pusat koordinasi operasi rutin. Waktunya tidak kami publikasikan,” tegasnya.

‎Eri menekankan bahwa penanganan tidak bisa hanya satu-dua hari. Jalan Kunti, yang sejarah kelamnya sudah panjang, membutuhkan konsistensi dan keberanian semua pihak.

‎“Ini tanggung jawab kita semua: BNN, polisi, Pemkot, hingga warga,” katanya.

‎Langkah lain adalah tes narkoba acak di sekolah-sekolah lain berdasarkan kajian BNN. Ini penting untuk memastikan penyebaran tidak merembet ke wilayah lain.

‎Eri juga menegaskan bahwa 15 siswa SMP pengguna narkoba akan direhabilitasi penuh, kecuali jika terbukti menjadi pengedar. “Kita kuatkan kembali agar mereka punya semangat menjadi orang baik,” ujarnya.

‎Kombinasi dua langkah, yaitu edukasi akar rumput ala Prof. Siswanto dan intervensi struktural Pemkot menjadi model baru perlawanan terhadap narkoba.

‎Gerakan ini membuktikan bahwa pertarungan tidak hanya dilakukan aparat tetapi juga oleh warga, pemuda, dan pendidik.

‎Dari Jalan Kunti, Surabaya ingin mengirim pesan bahwa narkoba tidak boleh lagi merenggut masa depan generasi muda. ‎Kampung, sekolah serta pemerintah harus berdiri bersama. (kim)

3

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini