Menang RI Nasaruddin Umar saat di PP Bahrul Ulum Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Menang RI Nasaruddin Umar saat di PP Bahrul Ulum Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Pondok Pesantren (PP) Bahrul Ulum (BU) Tambakberas Jombang, Jawa Timur menjadi saksi sejarah atas kiprah panjangnya dalam mencetak kader intelektual dan ulama. Dalam momentum peringatan 200 tahun berdirinya PP BU, digelar Simposium Paralel 30 Profesor Alumni yang menandai kontribusi besar pesantren terhadap dunia pendidikan nasional.

Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, memberikan apresiasi tinggi terhadap kiprah pesantren tertua di Jawa Timur itu.

ads

“Alhamdulillah kita datang merayakan 200 tahun Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Kami tadi mendengar paparan luar biasa tentang perjalanan pengembangan pemikiran Islam sejak masa Nabi, Khulafaur Rasyidin, hingga masa kerajaan,” ujar Nasaruddin Umar saat dimintai keterangan, Rabu (15/10/2025).

Ia menilai, pesantren merupakan efisentrum (pusat keseimbangan) terbaik antara penguasaan ilmu agama dan pengetahuan umum. Kombinasi tersebut, kata dia, mampu membentuk manusia seutuhnya, baik dari aspek rohani maupun jasmani.

“Efisentrum yang baik itu ada di pesantren. Dan salah satu tempat terbaik itu ya di Bahrul Ulum. Tadi kami saksikan sendiri, ada 30 profesor yang lahir dari rahim pesantren ini. Ini bukti nyata kontribusi pesantren bagi bangsa,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, KH. M. Wafiyul Ahdi, menyampaikan rasa syukur sekaligus kebanggaan dapat menjadi bagian dari sejarah panjang pesantren yang telah berdiri dua abad tersebut.

“Alhamdulillah, saya mendapat anugerah menjadi saksi sejarah 200 tahun perjalanan Bahrul Ulum,” ujarnya.

KH. Wafiyul Ahdi menuturkan, inovasi pendidikan di Bahrul Ulum sudah dimulai sejak masa KH. Abdul Wahab Chasbullah. Pada tahun 1912, sang pendiri mulai mengenalkan huruf latin kepada para santri yang sebelumnya hanya mengenal huruf pegon. Ia juga memasukkan pelajaran berhitung dan ilmu umum lainnya, yang kemudian membuat madrasah di bawah naungan pesantren terus eksis hingga kini.

“Kini, pesantren Bahrul Ulum menaungi 19 lembaga pendidikan. Dari 30 profesor yang hadir, paling tidak berasal dari 16 perguruan tinggi berbeda. Semoga 100 tahun yang akan datang, jumlah guru besar yang lahir dari pesantren ini bisa dua kali lipat,” harapnya.

Menurutnya, Mbah Wahab bukan hanya tokoh ulama, tetapi juga pejuang kemerdekaan dan penggerak nasionalisme NU yang membangun jejaring ideologis kuat. Nilai spiritualitas dan kepemimpinan para muassis, kata KH. Wafiyul Ahdi, harus menjadi teladan bagi santri masa kini.

“Mbah Wahab menjadi simbol leadership yang lahir dari spiritualitas kuat. Ini yang harus diteladani oleh para santri, agar kelak bisa melanjutkan perjuangan muassis Bahrul Ulum,” tandasnya. (Ima/srp)

9

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini