
Bongkah.id — Di tengah lalu lintas kota yang semakin padat, ratusan pengemudi ojek online (ojol) di Jombang kini memikul tanggung jawab baru. Tak sekadar mengantar penumpang atau paket ke tujuan, mereka juga diharapkan menjadi pionir tertib lalu lintas di jalanan Kota Santri.
Harapan itu diungkapkan langsung oleh Kanit Regident (KRI) Satlantas Polres Jombang, Iptu Anang Setyanto. Menurutnya, para driver ojol bisa menjadi perpanjangan tangan kepolisian untuk menebar disiplin berlalu lintas di jalan.
“Ojek online ini mitra kita. Mereka bisa menjadi pioner dalam disiplin lalu lintas, sekaligus menyampaikan kepada masyarakat tentang sasaran Operasi Patuh Semeru 2025,” ujarnya, Selasa (25/7/2025).
Dalam Operasi Patuh Semeru tahun ini, Satlantas Polres Jombang memang menggandeng komunitas ojol sebagai mitra strategis. Terlebih, penggunaan teknologi navigasi seperti Google Maps oleh driver ojol kerap menimbulkan keraguan di lapangan. Namun, Anang menegaskan bahwa penggunaan aplikasi penunjuk arah tetap diperbolehkan.
“Ojol menggunakan aplikasi Google Maps itu ada aturannya. Yang kita larang itu memegang HP atau mengangkat telepon saat berkendara. Kalau hanya aplikasi navigasi dan tidak mengganggu kinerja mereka, insyaallah tidak apa-apa,” terangnya.
Operasi Patuh Semeru 2025 sendiri menitikberatkan pada tujuh pelanggaran yang paling sering menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas, yakni:
1. Berkendara melawan arus
2. Melebihi batas kecepatan
3. Tidak menggunakan helm berstandar SNI
4. Menggunakan handphone saat berkendara
5. Mengemudi di bawah umur
6. Berboncengan lebih dari dua orang
7. Mengemudi dalam pengaruh alkohol
Di sisi lain, angka lakalantas di Jombang terbilang masih tinggi, meski secara nasional Jombang berada di peringkat ke-10 dibanding poros-poros jalur padat lain. Karena itu, operasi patuh ini diharapkan dapat menekan risiko lakalantas.
Harapan yang sama datang dari para driver ojol. Ketua Koordinasi Ojol Jombang, Bagus Rasda Ananda, menegaskan dukungan penuh komunitasnya terhadap langkah Satlantas.
“Operasi ini kami anggap sebagai kewajiban polisi untuk menurunkan angka lakalantas dan meningkatkan kedisiplinan warga Jombang,” kata Bagus.
Ia menambahkan, sejauh ini para pengemudi ojol selalu mendapat dukungan penuh dari Satlantas, sehingga tidak sampai merugikan pengendara lain di jalan.
“Yang ikut komunitas kita ada 500 lebih, tapi yang aktif sekitar 300-an. Setiap minggu kita evaluasi. Jadi kami selalu berupaya agar anggota tetap patuh aturan di jalan,” ujarnya.
Dengan sinergi antara polisi lalu lintas dan para pengemudi ojol, diharapkan jalanan Jombang tak hanya menjadi lebih tertib, tetapi juga lebih aman bagi semua pengguna jalan. (ima/sip)