bongkah.id – K.H. Nawawi Abdul Djalil telah wafat, Minggu (13/6/2021) pukul 16.40 WIB . Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur, itu menghembuskan nafas terakhirnya di RS Raci Bangil, Pasuruan. Sebelumnya almarhum mendapatkan perawatan selama empat hari di Rumah Sakit Lavalette Malang. Belum diketahui pasti penyakit yang menjadi sebab wafatnya salah satu ulama Khosh (sepuh) tersebut.
Kabar berpulangnya salah satu Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu pertama kali dikabarkan akun Twitter @pwnujatim. “Segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama berduka yg mendalam atas wafatnya K.H. Mas Nawawi Abdul Djalil Sidogiri Pasuruan,” demikian tulis akun tersebut.
Selain akun Twitter, informasi meninggalnya ulama kharismatik ini juga tersebar melalui beberapa grup WhatsApp. Bahkan dalam grup WhatsApp yang beredar juga tertulis, kepada alumni ponpes supaya jangan datang, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari pihak Ponpes Sidogiri.
Misalnya, yang ditulis salah satu anggota keluarga besar Pesantren Sidogiri, Ilham Wahyudi. Ia menghimbau hendaknya para alumni Pesantren Sidogiri tidak melayat secara langsung ke pesantren. Ini karena kondisi pandemi Covid-19. Selanjutnya IASS (Ikatan Alumni Santri Sidogiri) akan keluarkan surat resminya. Kebijakan ini disampaikan untuk mematuhi protokol kesehatan, yang ditetapkan pemerintah.
“Wali santri dan alumni diminta melaksanakan salat gaib dan mendoakan almarhum dari rumah masing-masing,” katanya.
Sebagaimana diketahui, Pesantren Sidogiri dikenal memiliki banyak alumni muda, yang mengembangkan pemikiran loyal dalam pemeliharaan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah di tengah pelbagai macam aliran lain. Santri dan alumni Pesantren Sidogiri tersebar di seluruh daerah di Jatim dan luar Jatim. Di pesantren ini banyak ulama besar pernah belajar, di antaranya Syaikhona Kholil (Mbah Kholil) Bangkalan.
Sedangkan K.H. Nawawi Abdul Djalil merupakan salah satu ulama kharismatik. Beliau merupakan salah satu kiai khosh bersama dengan sejumlah kiai dari Pasuruan lainnya Mas Syubadar, Langitan (Kiai Faqih), Lirboyo (Mbah Idris). Beliau menjadi pengasuh Ponpes Sidogiri sejak tahun 2005 silam. Menggantikan pengasuh sebelumnya, KH Abdul Alim bin KH Abdul Jalil yang wafat pada 2005. Dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang, Kiai Nawawi duduk sebagai anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi (AHWA). Ahwa yang beranggotakan 9 kiai sepuh yang bermufakat untuk menentukan kepemimpinan NU.
Pesantren Sidogiri di Pasuruan itu didirikan pada tahun 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang masih keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari irebon. Salah satu ponpes tertua di Jawa itu sukses membangun koperasi khususnya di Jatim, salah satunya adalah swalayan Basmalah yang mudah ditemui di wilayah tapal kuda Jatim.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, umat Islam se-Indonesia berduka atas berpulangnya Kiai Nawawi. Orang nomor satu di Pemprov Jawa Timur itu menyampaikan duka cita mendalam. Ia berdoa dan berharap almarhum mendapat tempat terindah di sisi Allah SWT.
“Atas nama pemerintah provinsi dan masyarakat Jawa Timur, juga atas nama keluarga, kami berbela sungkawa sedalam-dalamnya,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut.
Selain itu, Khofifah juga mengajak masyarakat muslim mendoakn Kiai Nawawi, dan santri serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. “Semoga keluarga dan para santri yang ditinggalkan juga diberikan ketabahan dan keikhlasan. Aamiin,” ujarnya.
Mantan Menteri Sosial itu mengatakan, Kiai Nawawi semasa hidupnya merupakan salah seoraang ulama kharismatik. Pun sangat berpengaruh yang dimiliki Jawa Timur. Almarhum merupakan salah satu ulama panutan, yang setiap nasehat dan petunjuknya selalu untuk kepentingan masyarakat.
Sementara Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyatakan, kehilangan seorang guru, ulama sepuh kharismatik panutan umat. Ia yang juga Ketua Pengurus Besar NU mengucapkan, duka cita sedalam-dalamnya dan mendoakan almarhum diterima di sisi Allah SWT.
“Kami benar-benar sangat kehilangan. Mari mendoakan agar keluarga maupun santri-santri yang ditinggalkan almarhum, diberi ketabahan serta keikhlasan,” kata Gus Ipul saat dihubungi.
Menurut ia, Kiai Nawawi adalah panutan. Nasihat-nasihat yang disampaikan serta bimbingannya banyak diharapkan oleh umat Islam.
“Saya sangat bersyukur pernah dibimbing langsung oleh beliau selama lebih dari 10 tahun. Dua pekan setelah Idul Fitri 1442 Hijriah, saya sowan ke beliau. Saya mendapat nasihat-nasihat yang pasti akan saya ingat,” ujar mantan Wagub Jatim selama dua periode ini.
Sementara itu, ditanya tentang prosesi pemakaman, hingga saat berita ini ditulis masih menunggu keputusan musyawarah dari keluarga.
“Saya juga masih menunggu kepastian lebih lanjut. Tidak lama lagi pihak keluarga memberikan penjelasan,” kata mantan Menteri Percepatan Daerah Tertinggal tersebut. (mad)