Bongkah.id – Rencana pemerintah memproduksi Vaksin COVID-19 melalui BUMN Farmasi PT Bio Farma masih mengundang pro kontra. Pasalnya, vaksin buatan perusahaan China, Sinovac Biotech Ltd itu ternyata belum mengantongi sertifikat halal dari dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Padahal, vaksin tersebut sudah proses uji klinis tahap akhir dan sudah diujicoba perdana pada 19 relawan di Bandung, Selasa (11/8/2020) kemarin. Bio Farma menyatakan, untuk memperoleh sertifikasi halal MUI memerlukan waktu karena harus melewati proses audit menyeluruh. MUI akan mengaudit seluruh proses pembuatan vaksin, sarana dan bahan baku produksinya.
“Pengajuan (sertifikasi halal vaksin Sinovac) masih dalam tahap diskusi. Ini prosesnya lumayan panjang. Kalau dokumen siap kita submit, tapi perlu waktu Sampai hari ini kami baru terima dokumen-dokumen dari Sinovac,” kata Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto dalam dialog di salah satu stasiun televisi nasional, Rabu (12/8/2020).
Namun Bambang menegaskan, Bio Farma sudah berpengalaman secara sistem dalam pengajuan sertifikasi halal ke MUI. Bio Farma rupanya baru menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan untuk mendaftarkan kehalalan vaksin asal China itu ke MUI sembari melakukan kajian internal.
“Tim sudah ada komunikasi dengan MUI untuk persiapan sertifikasi halalnya. Kita sama-sama lakukan kajian dari dokumen yang diterima. Ini baru tahap awal vaksin mengandung ini-ini. Kami siapkan dulu sampai lengkap baru kami ajukan,” cetusnya
Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majeis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI), Lukmanul Hakim mengatakan bahwa sampai hari ini memang belum ada pengajuan sertifikasi halal untuk vaksin Sinovac. Bio Farma dan MUI baru sepakat untuk melakukan kajian terkait kehalalan vaksin asal China tersebut.
“Sampai hari ini kami baru diskusi-diskusi, sampaikan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk audit. Jadi terbuka standar audit kami,” kata Lukman.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bio Farma bersama lembaga independen melaksanakan uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 Sinovac untuk 1.600 orang. Uji coba vaksinasi perdana dilakukan terhadap 19 orang relawan.
Juru bicara uji vaksin Sinovac, Rodman Tarigan, menjelaskan 19 relawan ini menjadi peserta pertama vaksinasi karena sudah menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) atau swab.
“Berjalan lancar, sehari sebelumnya sudah di-swab kemudian divaksin di (posko) Eyckman sudah mendapat vaksinasi pertama, tapi lima tempat lain baru diambil swab,” ujar Rodman di Bandung.
Siapkan Anggaran Rp 55 Triliun
Vaksin Covid-19 yang sedang diuji coba Bio Farma didatangkan dari perusahaan China, Sinovac Biotech Ltd. Pemerintah berencana memproduksi 250 juta dosis vaksin hingga akhir 2020 dengan alokasi anggaran mencapai Rp 55 triliun.
Pendanaan tersebut terbagi menjadi Rp 5 triliun di 2020 dan kisaran Rp 40-50 triliun pada 2021.
“Pemerintah sudah akan menganggarkan untuk penyediaan vaksin sebesar 30-40 juta di Bio Farma. Pemerintah memberikan pendanaan Rp 5 triliun tahun ini, dan tahun depan mungkin bisa disiapkan Rp 40-50 triliun,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi video, Rabu (12/8/2020).
Selain PT Bio Farma, PT Kalbe Farma bersama dengan Genexine Consortium Korea Selatan juga tengah memasuki uji coba fase 2 dengan 300-500 orang.
“Lalu juga kerja sama dengan CEPI dan Melinda Gates Foundation akan dilaksanakan, dan royek vaksin merah putih. Sehingga, di bulan Januari sudah ada vaksin yang dilaksanakan untuk masyarakat,” ujar Airlangga. (bid)