Bongkah.id – Kenaikan harga beras yang terus merayap pelan-pelan mulai memukul dapur warga Jombang. Luluk Hidayati, pedagang beras di Pasar Legi atau Pasar Citra Niaga (PCN) Jombang, hanya bisa pasrah setiap kali ditanya pelanggan soal harga.
“Harga beras ciherang (medium) sekarang Rp 14.000 per kilogram, sedangkan bramu (premium) Rp 15.000. Yang aroma pandan bahkan sampai Rp 16.000,” kata Luluk, Sabtu (12/7/2025).
Menurut Luluk, kenaikan harga ini sebenarnya sudah terasa sejak Juni lalu. Saat itu, harga beras medium masih di kisaran Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kilogram. Namun, memasuki Juli, harga terus merangkak naik tanpa bisa dicegah.
“Sejak awal Juli, harga terus merangkak naik hingga tembus Rp 14.000,” ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami beras premium. Jika bulan lalu masih dijual seharga Rp 14.000 per kilogram, kini harganya melambung ke Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kilogram, tergantung jenis dan aroma.
Meski begitu, Luluk mengaku penjualan beras di lapaknya masih stabil. Para pelanggan tetap membeli, meski beberapa mulai mengeluh, terutama pemilik warung makan yang harus memutar otak agar dapur tetap mengepul.
“Penjualan tetap stabil karena ini kebutuhan pokok. Beras ciherang malah paling banyak dibeli,” tutur Luluk.
Lonjakan harga beras ini pun memantik perhatian Komisi B DPRD Kabupaten Jombang. Wakil Ketua Komisi B, Ama Siswanto, menegaskan pihaknya mendesak Pemkab Jombang segera turun tangan.
“Memang kenaikan beras ini tidak hanya terjadi di Jombang saja, melainkan juga di daerah lain. Namun kami mendorong pemerintah daerah segera bertindak,” kata Ama.
Politisi PDI Perjuangan itu meminta Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) Jombang segera menggelar operasi pasar. Baginya, langkah ini penting agar harga beras tidak terus naik dan makin memberatkan masyarakat.
“Ya, kami mendorong agar pemerintah segera melakukan operasi pasar untuk menekan harga beras yang naik,” ujarnya.
Ama juga menyoroti perlunya penelusuran lebih jauh terkait biang kerok naiknya harga beras. Ia menduga, selain faktor belum memasuki panen raya, ada kemungkinan praktik curang di lapangan.
“Apakah memang murni karena belum panen raya atau ada hal lain. Ini perlu ditelusuri agar tidak ada oknum yang bermain,” tuturnya.
Komisi B, lanjut Ama, juga mendorong dinas terkait untuk mengintensifkan pengawasan ketersediaan dan distribusi beras di pasar-pasar tradisional.
“Bagaimana stoknya di pasaran, apakah banyak atau justru menipis? Ini penting diketahui agar kita tahu apa penyebab harga beras yang kian naik,” katanya.
Bagi Luluk dan pedagang lain, mereka hanya bisa berharap ada langkah nyata dari pemerintah. Sementara bagi warga, beras mahal berarti harus makin pintar menata belanja dapur agar tidak kebobolan di tengah naiknya harga kebutuhan pokok lain. (Ima/sip)