bongkah.id – Data dalam kotak hitam (black box) yang merekam data penerbangan (Flight Data Record/FDR) milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182, berpotensi mengungkap penyebab musibah pesawat tersebut di perairan antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB.
Kendati demikian, untuk mengunduh data FDR dalam black box pesawat rute Jakarta-Pontianak itu, dibutuhkan waktu antara dua hingga lima hari. Setelah data diunduh, barulah tim investigasi KNKT menyelidiki penyebab terjadinya kecelakaan penerbangan terhadap pesawat yang sudah berusia 26 tahun lebih itu.
Demikian Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono saat menggelar konferensi pers di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021) sore.
“Kami mohon doanya. Mengunduh data dari FDR itu memakan waktu antara dua sampai lima hari. Jika prosesnya lancar, maka misteri penyebab kecelakaan tersebut akan segera terungkap,” katanya.
Menurut dia, pada hari keempat ini tim SAR baru menemukan satu dari dua black box dalam pesawat Sriwijaya Air, yang jatuh di perairan antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Satu black box lagi yang berisi rekaman suara di kokpit (Cockpit Voice Recorder/CVR) belum ditemukan.
Dalam proses pencarian oleh tim SAR di laut, diakui, pihaknya mendapatkan informasi alat yang menunjukkan letak black box atau pembising (pinger) terlepas dari FDR. Karena itu, dia sangat bersyukur lantaran salah satu bagian terpenting dari pesawat tersebut bisa ditemukan dengan cepat.
“Memang pembising atau pinger tersebut terlepas dari black box, tapi alhamdulillah kita bisa menemukan FDR,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang berisi data penerbangan itu ditemukan sekitar pukul 16.40 WIB. Kendati demikan, bagian CVR (Cockpit Voice Recorder) dari kotak hitam tersebut masih dalam pencarian.
“Bahwa FDR sudah ditemukan dan dilaporkan pula masih ada sinyal kedua, artinya CVR masih perlu dicari,” kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Hadi mengaku menerima laporan penemuan black box bagian FDR ini dari Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono sekitar pukul 16.40 WIB. Jenderal bintang empat itu menyatakan, black box FDR tersebut akan diserahkan kepada KNKT. Ini karena data dalam black box tersebut dapat mengungkap penyebab musibah kecelakaan terhadap pesawat berpenumpang 62 orang tersebut.
Sementara itu, tim Pencarian dan Pertolongan (Search and Rescue/SAR) TNI AL mengungkapkan tantangan dan proses panjang pencarian hingga pengangkatan kotak hitam jenis rekaman data penerbangan atau Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Selasa (12/1).
“(Tantangannya) banyak, jadi penemuan kotak hitam itu prosesnya panjang. Mulai dari awal kita temukan bongkahan besar, bagian-bagian part pesawat yang besar terus kita lakukan pencarian jam hingga mendapatkan beacon-nya, kemudian siang hari dapat casing FDR nya, pas terakhir saya (menyelam) bersama tiga rekan saya, kita dapat FDR-nya,” ujar Mayor Laut Teknik Iwan Kurniawan di Jakarta, Selasa.
Menurut Mayor Iwan, sejak jam 7 pagi tim SAR TNI AL mulai melakukan penyelaman di titik lokasi yang diduga terdapat kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
“Pertama kita dikasih titik koordinat dari KRI Rigel. Kita buang jangkar di situ, lalu kita lakukan pencarian kemudian kita circle di situ, ketemu puing-puing, lalu kita pindahkan jangkar kita floating awal lagi. Setelahnya baru kita survei lagi dimana material-material objek yang agak besar dan berat harus kita angkat,” katanya.
Proses pencarian dari awal penyelaman selama tiga hari. Tim melakukan survei terlebih dulu. Selanjutnya melihat titik-titik yang terdapat bongkahan-bongkahan besar pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Pada hari-hari berikutnya, bongkahan-bongkahan tersebut diangkat. Begitu sudah diangkat semua harapannya bongkahan besar itu bisa mempermudah pencarian.
Pada hari keempat, Tim SAR TNI AL melanjutkan pencarian korban serta puing dan komponen pesawat Sriwijaya Air SJ 182 seperti kotak hitam. Pencarian pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 pada hari keempat, Selasa (12/1/2021), antara lain dilakukan melalui udara dengan melaksanakan pencarian sesuai search area yang sudah ditentukan.
Sedangkan melalui laut dilaksanakan pencarian di atas permukaan air sesuai area pencarian yang sudah ditentukan. Selain itu juga akan dilaksanakan pencarian di bawah permukaan air menggunakan perangkat side scan sonar, MBES, ping locator, dan ROV. Penyelaman juga dilakukan di sekitar lokasi penemuan body part dan serpihan pesawat.
Sebagaimana diketahui, Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB. Pesawat jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Sejumlah puing pesawat, pakaian, hingga potongan tubuh diduga penumpang Sriwijaya Air SJ 182 sudah ditemukan Tim SAR gabungan. Sampai saat ini, baru satu korban Sriwijaya Air yang teridentifikasi atas nama Okky Bisma. (rim)