Bongkah.id – Sentra industri pembuatan cobek layah di Dusun Kebondalem, Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kian tenggelam. Eksistensi IKM produk kerajinan dari bahan tanah liat itu terancam tamat lantaran tidak ada regenerasi wirausahawan yang mau melanjutkan bisnis tersebut.
Baik pelaku IKM maupun para pemuda di Desa Kademangan semakin enggan mengembangkan usaha produksi cobek layah karena omsetnya yang kecil. Permintaan produk kerajinan peralatan dapur itu terus merosot dari tahun ke tahun.
“Tahun 1995 itu saya sudah menikah, dan ini menjadi pekerjaan saya satu-satunya,” kata Salah satu perajin cobek, Kismoro (53) pada Sabtu (11/2/2023).
Kismoro mengatakan, dirinya mulai menggulati pembuatan cobek berawal pada tahun 1995. Ia mengungkapkan, usaha kerajinan itu turun temurun sejak jaman kakeknya.
Kini, produksi peralatan dapur itu sudah tidak lagi menggunakan cara tradisional, melainkan dengan memanfaatkan alat press. Meski terbukti lebih praktis dan efisien, tetapi tidak ada generasi muda yang mau menekuni usaha tersebut.
“Saya masih ingat dulu kakek dan ayah saya bekerjanya ya begini, membuat cobek layah namun dengan cara pengerjaan yang tradisional,” bebernya.
Ditanya soal penerus, ia menggelengkan kepala. Sebab pekerjaan membuat cobek layah ini dirasa sangat minim untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Sekali bakar saja 2.400 biji cobek, tapi itu tidak setiap hari, karena tempat pembakaran kita masih bergantian dengan para perajin yang lain,” jelasnya.
Sementara harga cobek layah milik Kismoro ini hanya dibandrol sebesar Rp 1000 untuk ukuran kecil, dan Rp 2.800 untuk ukuran yang paling besar. (ima)