Bongkah.id – Sisa hujan masih membasahi jalanan desa, dan genangan air belum sepenuhnya surut. Warga yang terdampak perlahan mulai beraktivitas, meski air setinggi betis masih menggenangi sebagian pemukiman mereka.
Sejak hujan deras mengguyur Minggu sore (8/6), sungai-sungai di berbagai wilayah Jombang tak mampu menampung debit air yang terus meningkat. Akibatnya, Senin pagi (9/6) sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai meluap dan membanjiri rumah-rumah warga, jalan desa, serta lahan pertanian. Peristiwa itu membentang dari Kecamatan Jombang hingga Kudu, dari Mojoagung hingga Mojowarno.
Data dari BPBD Kabupaten Jombang mencatat, setidaknya 22 desa terdampak banjir luapan. Di beberapa titik seperti Dusun Gudo dan Dusun Ngrambe di Kecamatan Sumobito, ketinggian air bahkan mencapai 50 cm. Namun secara umum, tren air kini menunjukkan kondisi berangsur surut.
“Kami pantau terus sejak dini hari. Sebagian besar air sudah surut total, sebagian lainnya masih bertahan tapi terus menurun. Syukurlah, tidak ada korban jiwa, dan sejauh ini belum ada kebutuhan mendesak yang dilaporkan dari warga,” ujar Plt Kalaksa BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, melalui Koordinator Penanganan Lapangan, Peppy Stevie Maria, Selasa (10/6/2025).
Kondisi terparah tercatat di wilayah Kecamatan Kudu, Sumobito, dan Kesamben. Jalan desa tergenang, akses transportasi sempat terganggu, dan beberapa rumah warga ikut terendam. Meski begitu, tidak ada laporan pengungsian, dan warga masih bertahan di rumah masing-masing.
Koordinasi terus dilakukan oleh Pusdalops PB BPBD Jombang dengan perangkat desa di wilayah terdampak. Upaya mitigasi dilakukan dengan pendekatan lokal, memanfaatkan sumber daya yang ada sembari tetap memantau curah hujan.
“Yang terpenting adalah memastikan keselamatan warga. Kami juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena curah hujan di bulan ini masih cukup tinggi,” tambah Peppy.
Kini, air mulai surut, warga bergotong-royong membersihkan lumpur sisa banjir, memperbaiki saluran air, dan mengembalikan aktivitas harian seperti biasa. Di beberapa sawah, kerusakan mulai terlihat, padi muda rebah, dan tanah menjadi becek tak bisa digarap.
Meski banjir hanya menyapa sejenak, kisahnya meninggalkan jejak. Bukan hanya pada dinding rumah, tapi juga pada semangat kebersamaan yang tetap menyala di tengah genangan. (Ima/sip)