Bongkah.id – Kue mochi memiliki bentuk bulat, bertabur tepung dan terasa kenyal ketika dimakan. Kue ini memiliki rasa manis yang berasal dari adonan gula. Bahan pembuatannya berasal dari tepung ketan, gula, kacang tanah, tepung gula dan tepung tapioka.
Kue ini biasanya dijual dalam sebuah keranjang berbahan bambu alias besek. Keranjang ini pula yang akhirnya menjadi identik dengan kue moci dan disebut dengan kue keranjang. Setiap keranjang biasanya berisi lima hingga tujuh butir kue mochi. Kuliner ini menjadi satu diantara kuliner melegenda di Sukabumi.
Berdasarkan sejumlah sumber, tentang asal usul kue ini ada dua versi. Pertama, ada yang mengatakan bahwa kue mochi ini dibawa tentara Jepang yang pernah menduduki Indonesia (1942–1945). Pada masa itu, ada orang-orang pribumi yang menjadi juru masak di barak-barak militer Jepang.
Barak militer saat itu ada di Sekolah Calon Perwira (SECAPA) yang di masa kolonial di kenal dengan nama politie school, yang terletak di Jalan Bhayangkara. Pada masa Jepang, sekolah digunakan menjadi pertahanan militer utama Jepang di Sukabumi.
Lalu versi kedua, ada juga yang memberi keterangan bahwa makanan ini telah diwariskan secara turun-temurun warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak jumlahnya di Kota Sukabumi. Makanan ini sering disajikan dalam acara-acara pernikahan dan Tahun Baru Imlek.
Sejatinya, makanan ini merupakan makanan tradisional Jepang dalam upacara yang dikenal dengan mochitsuki, yaitu upacara minum teh dengan mochi sebagai makanannya.
Namun mochi di Sukabumi merupakan mochi yang berbeda dibanding versi aslinya. Di Jepang, pembungkus kue ini tidak menggunakan keranjang bambu, isi di dalam kue juga tidak menggunakan kacang tanah.
Sekitar tahun 1930-an, kue ini hanya bisa ditemukan di toko – toko bahan makanan Jepang yang dikenal dengan sebutan bussando di kota – kota seperti Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Toko Jepang tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan pokok.
Di Cianjur, yang letaknya begitu dekat dengan Kota Sukabumi, sekitar tahun 1920-an, di temukan sebuah toko Jepang yang menjual bahan makanan pokok. Nama pemiliknya adalah Togashi Takeomi.
Lebih lanjut ada sejarah menarik tentang asal usul kue ini. Berdasarkan sejumlah penuturan dan kesaksian dari warga keturunan Cina (Tionghoa), ada petunjuk bahwasannya mochi pertama di kota Sukabumi adalah Mochi Garuda. Seperti kesaksian yang disampaikan Didin Syamsudin, pemilik Mochi Rejeki.
Sejak ia menjadi pedagang asongan pada tahun 1970-an, mochi itu sudah ada dan merupakan satu-satunya di kota Sukabumi. Letak mochi Garuda tidak terlalu jauh dari mochi miliknya, yaitu di daerah Kota Paris, Kelurahan Kebonjati, tepatnya di Jalan Otista No. 39, usaha mochi terlaris di Sukabumi
Kini, tercatat lebih dari 10 produsen kue mochi menjalankan usahanya di Sukabumi. Berbisnis kue mochi adalah bisnis yang menjanjikan karena tak butuh modal besar, selain itu bahan baku pembuatan kue mochi mudah didapat dan pembuatannya cukup sederhana.
Jika berkunjung ke Sukabumi, kue mochi dapat dijumpai di sejumlah pasar swalayan maupun kawasan pertokoan di Sukabumi. Bagi yang ingin membeli langsung dari tangan pembuatnya, bisa datang ke sejumlah tempat pembuatan kue mochi di Jalan Otto Iskandardinata No. 39, Jalan Ahmad Yani No. 170/190, dan Jalan Bhayangkara Gang Kaswari.
Gang Kaswari sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai pusat produksi dan penjualan kue mochi. Terdapat lima produsen sekaligus penjual kue moci yang mengusung merek dagang yang berbeda di Gang Kaswari, yaitu Lampion, Mahkota, Putra Mandiri, Bakat Jaya, dan Kharisma. Lampion merupakan merk dagang kue mochi yang paling banyak mempunyai pelanggan.
Kuliner satu ini juga bisa menjadi satu diantara daftar kuliner yang perlu dicoba di tengah mewabahnya pandemi Covid-19, khususnya buat yang sudah merindukan kuliner khas Sukabumi. Mochi ini pun hadir berbagai varian rasa yang tentu saja dapat digunakan sebagai buah tangan menarik untuk keluarga di rumah. (rein)