Bongkah.id – Pemerintah tengah mendorong penggunaan bahan bakar campuran bensin dan etanol sebagai upaya menciptakan energi yang lebih ramah lingkungan serta mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).
Kebijakan ini sejalan dengan tren global yang mengadopsi etanol sebagai campuran utama dalam bensin, seperti yang sudah diterapkan di berbagai negara melalui varian bahan bakar E10 hingga E85.
Secara ilmiah, penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar memberikan efek berlapis terhadap performa mesin dan emisi gas buang. Sejumlah kajian, di antaranya oleh Mortadha K. Mohammed dkk dalam Effect of Ethanol-Gasoline Blend on SI Engine Performance and Emissions serta Paolo Iodice dalam A Review On The Effects of Ethanol/Gasoline Fuel Blends on NOx Emissions in Spark-Ignition Engines, menunjukkan adanya kelebihan dan kekurangan dari bahan bakar beretanol.
Dampak Negatif Etanol pada Bahan Bakar
- Konsumsi BBM Lebih Boros
Etanol memiliki energi lebih rendah dibanding bensin murni — sekitar 27 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin mencapai 43–44 MJ/kg.
Akibatnya, kendaraan memerlukan lebih banyak volume bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang sama. Pada campuran rendah (E5–E10), perbedaan ini kecil, namun tetap membuat konsumsi BBM sedikit meningkat. - Sulit Dinyalakan pada Suhu Dingin
Karena tekanan uap etanol lebih rendah dari bensin, bahan bakar bercampur etanol lebih sulit menguap saat suhu rendah. Hal ini menyebabkan mesin sulit menyala pada kondisi dingin atau pagi hari. - Penurunan Volumetric Efficiency
Karakteristik fisik etanol yang berbeda dapat menurunkan efisiensi volumetrik mesin, yaitu kemampuan silinder menarik udara dan bahan bakar secara optimal. Akibatnya, proses pembakaran tidak selalu seefisien bensin murni. - Emisi NOx Tidak Selalu Stabil
Etanol dapat menurunkan suhu pembakaran, tetapi dalam beberapa kondisi justru meningkatkan suhu puncak ruang bakar. Hasilnya, emisi oksida nitrogen (NOx) bisa naik atau turun tergantung komposisi campuran dan kondisi mesin.
Keunggulan Penggunaan Etanol dalam BBM
- Angka Oktan Lebih Tinggi, Mesin Lebih Aman dari Knocking
Etanol memiliki angka oktan sekitar 110 RON, jauh lebih tinggi dari bensin biasa (91–100 RON). Ini membuat mesin lebih tahan terhadap gejala knocking atau detonasi dini, sehingga pembakaran lebih halus dan efisien. - Pembakaran Lebih Sempurna dan Emisi Beracun Menurun
Kandungan oksigen dalam etanol membantu pembakaran lebih sempurna. Studi menunjukkan, campuran etanol menengah (E30–E40) dapat menurunkan emisi karbon monoksida (CO) hingga 26% dan hidrokarbon (HC) hingga 31%. - Efisiensi Termal dan Tenaga Mesin Meningkat
Kombinasi angka oktan tinggi dan kecepatan rambat api yang baik membuat pembakaran lebih efisien. Dalam beberapa pengujian, campuran E40 meningkatkan efisiensi termal hingga 31% dan daya mesin lebih stabil. - Potensi Menurunkan Emisi Karbon Dioksida (CO₂)
Karena berasal dari biomassa, etanol memiliki siklus karbon yang lebih pendek dibanding bahan bakar fosil. Beberapa studi mencatat penurunan emisi CO₂ hingga 25% pada campuran etanol menengah, mendukung upaya pengurangan jejak karbon kendaraan.
Praktik Global: Dari E10 hingga E85
Di berbagai negara, pencampuran bensin dan etanol sudah menjadi hal umum. Amerika Serikat misalnya, mewajibkan sebagian besar bensin mengandung etanol dengan kadar sekitar 10 persen (E10). Hampir semua kendaraan di sana bisa menggunakan E10 tanpa masalah.
Varian E15 (15 persen etanol) dan E85 (51–83 persen etanol) juga tersedia, namun umumnya hanya digunakan oleh kendaraan khusus bertipe flex-fuel vehicle (FFV).
AS memiliki lebih dari 4.000 stasiun pengisian bahan bakar yang menyediakan E85, terutama di wilayah Midwest, pusat produksi jagung sebagai bahan baku etanol. Sejak 2017, kadar etanol dalam total pasokan bensin di AS stabil di atas 10 persen artinya, hampir seluruh pengemudi di negara tersebut sudah menggunakan bensin beretanol setiap hari tanpa disadari.
Peluang dan Tantangan di Indonesia
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan bahan bakar campuran etanol. Sumber biomassa seperti tebu, jagung, dan singkong tersedia melimpah, mendukung upaya menuju kemandirian energi nasional dan pengurangan emisi karbon.
Namun, penerapan bahan bakar beretanol memerlukan kesiapan infrastruktur distribusi, penyesuaian teknologi mesin, serta edukasi bagi masyarakat agar memahami cara pemakaian yang aman dan efisien.
Kesimpulan
Campuran etanol pada bensin membawa dua sisi: di satu sisi lebih ramah lingkungan dan meningkatkan efisiensi mesin, namun di sisi lain memiliki potensi membuat konsumsi bahan bakar meningkat dan menimbulkan tantangan teknis tertentu.
Dengan penelitian berkelanjutan dan dukungan kebijakan yang tepat, bahan bakar beretanol dapat menjadi solusi energi hijau yang aman bagi mesin sekaligus berkontribusi terhadap pengurangan emisi di Indonesia. (srp)