Bongkah.id – Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Surabaya, meningkatkan kewaspadaan sabaran Virus Human Metapneumovirus (HMPV). Antisipasi itu dilakukan dengan upaya deteksi dini di Bandara Internasional Juanda.
Kepala BBKK Surabaya, dr Rosidi Ruslan, menjelaskan, pengawasan terhadap Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) melalui Terminal 2 Bandara Juanda saat ini telah diperketat.
“Selama ini kami sudah rutin melakukan pengawasan terhadap penyakit menular, namun terkait HMPV kami intensifkan pemeriksaan sesuai instruksi Kementerian Kesehatan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima RRI, Kamis (9/1/2025).
Pihaknya menegaskan, petugas dibekali informasi terkini untuk melakukan screening penumpang yang menunjukkan gejala flu atau memiliki suhu tubuh di atas 38°C.
Hingga saat ini, BBKK Surabaya belum mendeteksi kasus HMPV yang masuk melalui Bandara Juanda meski upaya pengawasan terus berjalan.
Selain dengan thermal scanner, BBKK juga memantau aplikasi Satu Sehat Health Pass (SSHP) yang membantu memonitor kesehatan PPLN secara elektronik.
“Petugas kami telah siap dengan alat pemindai barcode SSHP di dekat thermal scanner. Kami terus berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk memastikan kelancaran pelaksanaan pengawasan,” ucapnya.
HMPV sendiri adalah virus RNA yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hingga pneumonia. Penularan terjadi melalui kontak langsung, droplet, atau permukaan yang terkontaminasi.
Namun, menurut dr Rosidi, dengan sistem imun yang baik, virus ini tidak akan berkembang. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi setiap pelaku perjalanan.
“PHBS adalah kunci utama untuk melawan HMPV. Cuci tangan, gunakan masker, hindari kerumunan, dan tetap sehat melalui pola makan yang baik, cukup istirahat, serta olahraga rutin,” katanya. “Jika ada yang merasa gejala flu atau membutuhkan bantuan kesehatan, segera akses layanan BBKK terdekat atau fasilitas kesehatan lainnya.”
Dengan kewaspadaan yang tinggi dan upaya pengawasan yang intensif, dr. Rosidi berharap penyebaran HMPV dapat ditekan dan semua pihak dapat terhindar dari risiko penularan virus ini.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa HMPV mirip flu biasa meski bisa berisiko lebih tinggi bagi kelompok rentan. Dia sebutkan, HMPV pertama kali ditemukan pada 2001, dan dilaporkan bukan virus yang mematikan. (yg/sip)