
Bongkah.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada akhir pekan ini. Perubahan cuaca yang cepat, dari panas terik ke hujan deras disertai angin kencang, berpotensi menimbulkan berbagai bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, menjelaskan bahwa wilayah Jombang saat ini masih berada dalam masa peralihan musim (pancaroba), sehingga kondisi cuaca menjadi tidak stabil.
“Sebagian wilayah Kabupaten Jombang memang belum sepenuhnya memasuki musim penghujan. Kemungkinan besar, awal atau akhir Oktober nanti wilayah Jombang baru mulai memasuki musim hujan,” ujar Wiku, Rabu (8/10/2025).
Menghadapi potensi anomali cuaca tersebut, BPBD Jombang mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Beberapa langkah kesiapsiagaan yang perlu diperhatikan di antaranya:
1. Waspada di Jalan Raya. Pengendara diminta berhati-hati karena angin kencang dapat menyebabkan pohon tumbang secara tiba-tiba.
2. Pantau Daerah Rawan Longsor. Kecamatan Wonosalam menjadi wilayah dengan risiko longsor tertinggi. Warga yang tinggal di kawasan rawan diminta tetap siaga dan menjauh dari titik berisiko.
3. Segera Laporkan Kejadian. BPBD meminta perangkat desa dan kecamatan segera berkoordinasi jika terjadi hujan lebat. Masyarakat juga diimbau melaporkan setiap kejadian akibat cuaca ekstrem ke pemerintah desa atau langsung ke BPBD Jombang.
“Kami mengimbau masyarakat memperhatikan perubahan cuaca dan segera melapor ke perangkat pemerintah terdekat atau langsung ke BPBD Jombang jika terjadi kejadian akibat cuaca ekstrem,” jelas Wiku.
Ia menambahkan, anomali cuaca saat ini berpotensi memicu terjadinya angin kencang hingga puting beliung di beberapa wilayah Jombang.
“Karena anomali cuaca, masih ada kemungkinan terjadi cuaca ekstrem seperti angin kencang dan puting beliung,” paparnya.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), anomali cuaca ini dipicu oleh sejumlah faktor, antara lain melemahnya Monsun Australia yang menyebabkan musim kemarau tidak merata, serta tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia yang meningkatkan kelembapan udara dan memicu pembentukan awan hujan.
Kondisi ini juga diperkuat oleh fenomena atmosfer Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator, yang memperbesar potensi hujan deras di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Jombang. (Ima/srp)