
Bongkah.id – Foto seorang remaja yang terbaring lemas dengan kabar diduga dipukul oknum anggota polisi lalu lintas (polantas) di Jombang, Jawa Timur, mendadak viral di media sosial. Kejadian ini memantik tanda tanya di tengah publik.
Kisah ini bermula pada Minggu pagi, 6 Juli 2025, di perempatan jalan raya Sambong, Kecamatan Jombang. Seorang saksi mata, AY, menceritakan bagaimana peristiwa itu mulai tersebar luas.
“Oh iya mas memang sempat beredar di group, dan kejadiannya itu sekitar pukul 10.00 WIB,” katanya.
Foto yang sempat membuat geger itu pertama kali muncul di status WhatsApp. Dari situ, cerita pun melebar ke Facebook dan grup-grup WA warga Jombang.
“Memang itu awalnya ada di story WA teman saya yang ada di Jogoroto, selanjutnya saya memang izin untuk mengeshare foto itu,” ujar AY.
Namun, tak butuh waktu lama, unggahan tersebut langsung memicu reaksi dari pihak kepolisian. AY mengaku dirinya segera dihubungi oleh anggota polantas Polres Jombang untuk memberikan penjelasan.
“Tadi sudah ketemu pak Kanit (Turjawali), Pak Tris. Dan ngobrol bertiga sama saya, sama teman saya yang anak Jogoroto itu tadi, di Peterongan dan sudah clear,” tuturnya.
AY juga memastikan bahwa remaja yang jadi korban dugaan pemukulan sudah dalam kondisi baik setelah sempat pingsan dan dibawa ke RSUD Jombang.
“Iya tadi kena (pukul) helm informasinya, tapi ya semaput (pingsan) dan sudah tidak ada gejala apa-apa kok. Kalau penjelasan pak Kanit tadi sudah damai, saat di rumah sakit, tapi ya gak ada apa-apa kok,” katanya.
Setelah pertemuan dengan Kanit Turjawali, seluruh unggahan di media sosial dan grup WA dihapus.
“Ini tadi sudah beres kok mas sudah ketemu sama pak Kanit pak Tris dan masalahnya sudah beres, di Facebook juga sudah hilang dihapusi, dan admin-adminya Facebook juga sudah dihubungi semuanya,” ujar AY.
Pihak Satlantas Polres Jombang pun angkat bicara. Kasat Lantas Polres Jombang, Iptu Rita Puspitasari, mengatakan pihaknya sedang memeriksa kebenaran informasi tersebut.
“Kami cek dulu nggeh mas, makasih infonya,” tutur Rita.
Hasil pengecekan sementara, kata Rita, membantah adanya tindak kekerasan seperti yang ramai dibicarakan.
“Jadi itu tadi memang mau di razia, tapi anaknya melawan anggota dan berusaha kabur, setelah dikejar dan tertangkap memang anak itu pingsan,” kata Rita.
“Jadi gak ada pemukulan, karena anak itu punya trauma kram usus, dan tadi memang sempat pingsan terus diantar anggota ke rumah sakit, sekarang anaknya sudah pulang, dan kondisinya membaik,” ujarnya.
Namun, penjelasan itu tak membuat semua pihak tenang. Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Ahmad Sholikin Rusli, justru mendesak agar penanganan kasus ini dilakukan secara transparan.
“Saya sudah menduga kasus ini akan berakhir damai, dengan alibi bahwa korban dan keluarga tidak mempersoalkan. Tapi karena ini melibatkan petugas, seharusnya tetap diproses,” kata Sholikin, Selasa, (8/7/2025).
Remaja yang diduga menjadi korban berinisial MR (15), warga Kecamatan Tembelang. Menurut Sholikin, kasus dugaan pemukulan terhadap anak di bawah umur tak bisa dibiarkan berlalu begitu saja.
“Kalau rakyat biasa mungkin tidak dipersoalkan, tapi kalau ini pelakunya petugas, harus ada tindakan. Jangan hanya diam,” ujarnya.
Sholikin juga mempertanyakan hasil pemeriksaan medis yang disebut polisi sebagai ‘kram usus’.
“Di rumah sakit itu ada pertanggungjawaban medis. Jadi harus dijelaskan secara transparan apakah benar kram usus atau ada luka akibat kekerasan fisik,” tuturnya.
Ia bahkan menekankan perlunya evaluasi psikologis terhadap oknum anggota polantas tersebut.
“Pimpinan Polres Jombang perlu memeriksa kejiwaan oknum tersebut, karena menyangkut perilaku aparat di lapangan,” kata Sholikin.
Menurutnya, pembentukan tim independen untuk mengusut kasus ini bisa menjadi jalan terbaik agar masyarakat tetap percaya pada institusi kepolisian.
“Ini bukan soal mencari kambing hitam, tapi untuk membangun kepercayaan publik terhadap institusi,” ujarnya.
Sholikin mengingatkan, banyak warga yang akhirnya pasrah karena tidak memahami hukum.
“Kalau tidak ada pembelaan dari orang yang paham hukum, masyarakat akan menganggap ini hal biasa. Padahal, bisa saja ada tekanan atau ancaman,” tuturnya.
Di tengah kabar damai, sorotan publik pun belum sepenuhnya padam. Benarkah hanya pingsan karena kram usus? Atau ada cerita lain di balik helm yang sempat disebut menghantam kepala remaja itu. Waktu dan kejelasan yang akan menjawabnya. (Ima/sip)