Bongkah.id – Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur menggelar peringatan Nuzulul Qur’an sebagai sarana meningkatkan kemampuan membaca, menghafal dan memahami Al Qur’an. Lebih dari itu juga menjadi momentum untuk melakukan instropeksi dan refleksi diri dalam rangka membenahi pribadi sesuai tuntutan Al Qur’an.
Hal itu disampaikan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Kabupaten Kediri, Mohammad Solikin di acara Nuzulul Qur’an di Convention Hall Simpang Lima Gumul (SLG), Kamis (6/4/2023). Peringatan ini sekaligus menjadi momentum dalam meningkatkan ketakwaan dan keimanan diri kepada Allah Swt.
“Mudah–mudahan kita semua bisa dimasukan ke dalam golongan yang muttaqin, dicatat sebagai orang yang beriman dan bertakwa. Semoga amal ibadan puasa kita diterima oleh Allah Swt. Saya harap kegiatan ini bermanfaat dan membawa berkah untuk seluruh kita dan seluruh masyarakat Kabupaten Kediri,” kata Solikin.
Dalam acara ini, Pemkab Kediri mengundang Gus Reza Ahmad Zahid dari Lirboyo sebagai penceramah. Dalam ceramanya, Gus Reza mengungkapkan adanya perbedaan waktu dalam memperingati Nuzulul Qur’an.
“Ada orang yang memperingati turunnya Al-Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan yang artinya proses turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di Langit Dunia,” ungkap Gus Reza.
Gus Reza menjelaskan, ada juga umat Islam yang memperingati turunnya Al-Qur’an pada tanggal 27 Ramadhan yang artinya proses disampaikannya wahyu pertama dalam Al-Qur’an yang dibawa Malaikat Jibril dari Lauhul Mahfudz kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Kendati terdapat perbedaan waktu, lanjutnya, yang terpenting dari esensi dalam peristiwa monumental proses diturunkannya Kitab Suci tersebut.
“Kita dapat mengambil esensi dan hikmah dalam peristiwa Nuzulul Qur’an serta mengimplementasikan Al-Qur’an pada keseharian,” papar Gus Reza.
Gus Reza juga membahas mengenai perbedaan Al-Qur’an dengan kitab sebelumnya yang diturunkan kepada nabi-nabi lain. Menurut dia perbedaan paling jelas terletak pada proses penyampaiannya kepada nabi yang mendapat amanah.
Dia menjelaskan, Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW secara bertahap, tidak seluruhnya seperti kitab-kitab sebelumnya. Gus Reza menilai, proses penyampaian wahyu yang berkala ini memiliki keunggulan yang luar biasa.
“Proses itu untuk memantapkan hati Rasullullah. Ketika seumur hidup hanya sekali mengatakan cinta, maka akan bertanya-tanya mana garansinya. Namun jika diucapkan rutin dengan berbegai istilah, maka cinta itu akan tumbuh bersemi,” ucap Gus Reza.
Gus Reza mengingatkan bahwa hal terpenting dalam Nuzulul Qur’an adalah menumbuhkan Al-Qur’an sebagai The Way of Life. Al-Qur’an adalah penunjuk jalan kehidupan, sehingga wajib untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dunia. Al-Qur’an merupakan awal asas dalam agama Islam.
Awal penetapan hukum diambil dari Al-Qur’an, dengan cara menafsirkannya sebagai sumber hukum. Namun terdapat syarat-syarat tertentu untuk menafsirkan atau mengambil hukum dari Al-Qur’an.
“Harus bisa memahami kapasitas diri ketika mengambil hukum dari Al-Qur’an, karena hal itu membutuhkan ketrampilan. Orang yang tidak mengetahui tajwid atau nahwu sharaf, maka dilarang membaca Al-Qur’an di depan banyak orang. Apalagi berfatwa di hadapan banyak orang juga tidak diperbolehkan,” jelas Gus Reza.
Acara ditutup dengan zikir dan doa bersama untuk kebaikan masyarakat Kabupaten Kediri, serta khususnya juga doa untuk kelancaran dan keselamatan proses melahirkan istri Bupati Kediri, Eriani Annisa Hanindhito. (ani)